Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Dakka Hutagalung dan Salah Satu Karya Emasnya: Didia Rokapphi

22 Maret 2016   22:14 Diperbarui: 24 Maret 2016   10:19 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soal jodoh dalam adat Batak merupakan suatu hal penting bagi keluarga. Pada dasarnya baik untuk laki-laki maupun perempuan. Karena bila berbicara soal jodoh, berarti berbicara soal menikah, lalu tentang keturunan atau anak. Bagi masyarakat Batak kehadiran seorang anak atau cucu merupakan segala-galanya bagi suatu keluarga.

Anak yang dilahirkan, dan kemudian menjadi cucu, adalah bagaikan sebuah lambang keberhasilan bagi keluarga Batak dalam berketurunan.

Kebanggaan bagi orangtua ataupun kakek-nenek yang mempunyai (terutama) keturunan baru adalah ketika dalam lingkungan sosial keluarga besar Batak mereka tidak lagi dipanggil nama asli mereka. Tapi dipanggil sebagai orangtua si anak. Atau kakek nenek si cucu.
Maksudnya adalah nama mereka tidak akan disebut lagi. Tapi disebut sebagai bapaknya si nama anak, ibunya si… nama anak. Atau kakeknya si…nama cucu, neneknya si…nama cucu. Biasanya nama anak pertama atau cucu pertama.

Itulah sebuah cita-cita setiap keluarga Batak dalam hal berketurunan, sehingga, jodoh merupakan hal yang sangat penting. Apalagi bila umur sudah memungkinkan untuk menikah.

Kesedihan seorang ibu, dalam lagu ini. Mengarah kesana. Betapa dalam lagu ini, dia begitu menginginkan adanya seorang cucu. Yang dikemudian harinya, ia akan dipanggil “neneknya si…..nama cucu”. Kebanggaan itu yang begitu dirindukan oleh si ibu.

Untuk si anak. Dalam lirik lagu ini memang tidak disebutkan jenis kelaminnya. Tapi, bila disebut dalam bahasa Batak adalah “anak” biasanya itu adalah laki-laki, karna untuk perempuan biasa disebut “boru”. Dan disalahsatu kalimat liriknya kemudian, sang ibu juga memanggilnya “Damang” (sebenarnya adalah Da Amang, tapi disingkat menjadi Damang untuk penyesuaiannya dengan harmonisasi nada lagu) pada kalimat lirik, “Mangoli damang nimmu tu au”. Da Amang ini artinya adalah ya ayah/bapak, adalah sebuah panggilan terhadap anak pertama laki-laki, karena anak pertama laki-laki dianggap sebagai pengganti dari Bapaknya. Dan biasanya disebut sebagai, “si Panggoaran” yang menjadi penerus marga, pembawa marga, atau pemimpin keluarga dari keluarga besar dari marga tersebut.

Sehingga kemudian dapat disimpulkan dalam lagu ini, si anak tersebut adalah anak laki-laki pertama. Karena digambarkan begitu sedihnya sang ibu dalam memikirkan anaknya yang belum mendapat jodoh.

Akan sangat berbeda dalam hal ini kesedihan orangtua bila anak laki-lakinya yang pertama belum mendapatkan jodohnya, dibandingkan anaknya yang lain sesudah anak pertama.

Mungkin disitulah letaknya bagaimana lagu ini kemudian menjadi popular, mengingat dalam lingkungan kehidupan orang Batak, persoalan ini merupakan persoalan yang sangat umum terjadi. Persoalan yang sering berada dihati orangtua, maupun anak laki-lakinya yang belum mendapat jodoh. Sehingga lagu ini sedemikian rupa menjadi sebuah media untuk curahan hati bagi si penyanyinya. Selain sebagai lagu nostalgia dan lagu yang popular di masyarakat Batak.

Komposisi nada yang ada pada lagu ini juga sedemikian menariknya. Secara utuh, lagu ini menjadi “masuk” pada aliran slow rock. Yang membawa perasaan menjadi begitu dalam untuk merasakan kesedihan itu, yang kemudian berusaha untuk dilepaskan secara emosional, disamping harmonisasi nadanya yang begitu kental dengan warna dan karakteristik seni musik/seni suara dalam budaya Batak.

Hal ini tentu saja, selain dapat dikatakan bahwa lagu ini memang enak didengar, bagi penyanyi dan atau pemusik, komposisi nadanya pun juga merupakan satu tantangan tersendiri dalam menyanyikannya, bagaimana sebuah lagu yang tidak konstan nada dan temponya atau bisa dibilang melodius, malah dapat membuat para pendengar semakin larut dalam perasaannya masing2 ketika mendengar lagu ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun