"Sekolah ini seperti sekolah buangan, yang tidak diterima di sekolah lain baru ke sini. Ini adalah sekolahnya orang-orang miskin", komentar salah satu warga di sekitar lokasi.Â
Sebenarnya skolah itu letaknya di tengah kota Jambi. Tapi jangan difikir itu sekolah mewah, sekolah itu sangat memprihatinkan kondisinya. Bangunannya terbuat dari papan kayu, siswanya pun tak banyak. Namanya SDN 181 Kelurahan Lebak Bandung, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi.Â
Tapi yang saya salut, adalah kegigihan Kepala Sekolahnya. Namanya Ibu Elia. Ia batu sekitar 3 tahun terakhir menjabat sebagai kepala sekolah. Berbeda dengan kebanyakan kepala sekolah, biasanya yang dicari adalah sekolah-sekolah yang bagus. Tapi Ibu Elia justru mau menjadi kepala sekolah SDN 181, justru karena SD tersebut masih 'terbelakang'.Â
Ibu Elia, mimpinya bukan didatangi Presiden. Saat diangkat sebagai sekolah, ia bermimpi ingin membuat sekolah itu menjadi sekolah yang terkenal di se-Jambi. Dan benar, ia melampaui mimpinya, sekolah itu menjadi terkenal se-Indonesia karena didatangi Presiden Jokowi.Â
Benar saja. Jumat, 30 Oktober 2015, Presiden Jokowi bersama beberapa menteri datang ke sekolah berdinding kayu itu. "Dasar Presiden punya hobi blusukan, ia justru memilih sekolah kayu itu untuk didatangi", gumanku dalam hati.
Begitu sampai, Jokowi langsung masuk ke ruangan kelas, yang kebetulan dipasangi perangkat sekolah aman itu. Di kelas beliau langsung bertanya kepada siswa, bagaimana udaranya? Siswa serentak menjawab: "dingiiin!". Â
Iya, disamping ruang kelas itu sudah terbebas dari asap, suhu ruangan juga terasa lebih dingin. Ya, terasa setengah ber-AC lah!. Pasalnya memang selain sirkulasi udara lebih lanjar, khan memang ada air yang selalu disemprotkan ke ventilasi yang dipasangi dakron itu.Â
Bahkan Jokowi membandingkam langsung antara ruang kelas yang dipasangi perangkat sekolah aman dengan yang tidak. Jokowi langsung berkomentar, "wah terasa beda ya, yang tadi lebih seger udaranya", kata Jokowi saat  pindah ke ruang kelas yang tidak dipasangi perangkat sekolah aman asap.
Kini musim asap di Sumatera dan Kalimantan sudah lewat. Kita sudah mulai masuk musim hujan. Tentu api-api yang membakar hutan itu sudah pada padam. Namun setidaknya asap-asap itu telah 'memaksa' kami untuk lebih antisipatif, menemukan jalan mendesain 'sekolah aman asap'.Â
Siapa jamin tahun depan tak ada asap? Bisa jadi akan ada lagi bukan? Maka 'sekolah aman asap' desainan Prof. Zaely bisa diterapkan lagi. Diterapkan secara massal oleh siapa saja. Bahkan, jikapun bukan dalam situasi asap, toh desain itu bisa juga diterapkan untuk kondisi lainnya. Misalnya, untuk sekolah yang berada di daerah polusi industri ataupun sekolah di dekat kompleks tempat pembuangan sampah yang biasanya berbau menyengat.