***
Tanpa terasa sudah setahun Armand pergi meninggalkan kami. Akhir-akhir ini aku dan Ratih sangat sibuk dan jarang bertemu. Sepertinya Ratih punya proyek baru bersama teman-temannya. Aku sendiri tidak sempat menanyakannya karena sibuk bolak-balik Jakarta-Surabaya. Sepuluh hari tak bertemu rasanya kangen betul, dan baru siang ini kami bertemu untuk makan siang bersama.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua siang. "Kita ke apartemen aja deh, aku capek banget, tadi bangunnya pagi banget." kataku pada Ratih.
"Iya, aku juga capek banget, pengen tiduran. Kamu yang nyetir ya sayang?"
"Ok, tolong liat waze dong sayang" kataku sambil menyalakan mesin mobil.
Aku baru saja usai mandi ketika melihat Ratih sudah tertidur di ranjang. Namun tiba-tiba aku melihat sesuatu yang aneh. Ada darah di rok Ratih! "Kamu kenapa sayang?" tanyaku ketakutan.
"Gak tau, aku gak merasa apa-apa." Kata Ratih sambil mengusap rok yang membasahi ranjang.
Aku kemudian membawa Ratih ke rumah sakit.
Aku duduk termangu di ruang tunggu rumah sakit. Duh Gusti, semoga semuanya baik-baik saja. Tiba-tiba bahuku ditepuk, ternyata dokter kandungan yang pernah merawat Ratih.
"Maaf pak Armand, istri bapak keguguran. Turut berempati Pak. Padahal sudah lama ditunggu ya, tapi itu juga pertanda bagus, karena ibu ternyata bisa hamil."
"Makasih dok, makasih dok" aku hanya bisa menjawab dengan terbata-bata.