Aku menatap sosok lucu Ratih yang baru saja mandi. Rambutnya masih basah. Ia memakai kaos dan celana pendekku yang tampak kegedean baginya.
"Kamu pasti laper kan, hayu cuci tangan dulu."
Aku kemudian menarik dan memeluknya. Bukan aroma sup ayam yang ditabur dengan bawang goreng itu yang membuatku laper, tapi aroma ketiak Ratih plus ketika aku membayangkan wajah songong Vicky.
Aku kemudian memepetnya ke tembok, persis seperti ketika ia dulu memepetku ke tembok kamarnya. "Menurut kamu siapa yang lebih cakep, aku atau Vicky?"
"Koq Vicky sih?"
"Eh aku atau Rocky Gerung?" Aku sengaja menyebut Mr RG supaya tidak ketahuan kalau aku cemburu.
"Pasti Rocky Gerung dong, hahaha." Ratih tertawa lalu kemudian mencium bibirku.
Apartemen kecil yang biasanya sunyi itu kini jadi gaduh dengan tawa cekikikan, sampai kemudian sebuah notifikasi menarik perhatianku. Ternyata dari satpam, "Malam pak Bram, nuwun sewu, kebetulan lewat, ada suara-suara berisik. Apakah semuanya baik-baik saja?"
Aku lalu membalas, "Malam mas, semuanya aman-aman saja. Kebenaran ada nyonya baru mas"
"Oh gitu, oke oke pak Bram, monggo dilanjutkan, tadi siang saya juga sudah kenalan dengan nyonya barunya. Izin mau ngider dulu pak Bram."
"Monggo mas"