***
Siang itu aku makan siang dengan Vicky, sohib zaman kuliah dulu. Vicky, Armand, Togar, Iqbal, aku, Yanti dan Ratih adalah teman geng sejak SMA hingga kuliah. Hanya saja pada semester lima aku cabut ke Surabaya, dan mereka ini tetap bersama hingga wisuda.
Setelah Armand dan Ratih menikah, Vicky kemudian menikah dan tinggal di Surabaya. Beberapa kali aku dan Maya bertemu dan kemudian jalan bareng dengan Vicky dan istrinya. Sayang pernikahan mereka kandas beberapa bulan sebelum keberangkatan Maya ke Australia. Â Kini Vicky tinggal di Bandung.
Aku sebenarnya sudah bisa menebak kemana arah pertemuan kami ini. Benar saja, tak lama kemudian Vicky berkata dengan wajah serius, "Jadi gini bro, Armand kan udah setengah tahun lebih pergi ninggalin kita. Nah, Ratih kan sekarang sendiri. Gue juga kan udah dua tahun sendiri. Nasehat bijak orang tua zaman dulu itu mengatakan, gak baik kalau orang sendiri-sendiri. Banyak godaannya. Jadi elo-elo sebagai teman harus bantuin gue dong supaya gue bisa jadian sama Ratih."
"Apaan sih, yang di Tanah Kusir aja belom kering makamnya, elo udah cerita mau kawin sama Ratih!"
"Bukan gitu bro, gue bukan mau kawin sekarang. Dua tahun lagi juga gapapa, yang penting jelas."
"Jelas, maksudnya apa?"
"Yah situasinya kan agak rumit bro. Gue itu suka banget sama Ratih, dan Ratih sukanya sama elo, tapi Ratih malah kawinnya sama Armand! Nah sekarang Armand kan udah gak ada bro.
"Trus?"
"Elo kan udah punya Maya yang cakepnya gak ketulungan itu. Artinya gue kan gak ada masalah lagi kalau mau mendekati Ratih.
"Gue udah putus sama Maya."