Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Made In India

20 Oktober 2021   16:05 Diperbarui: 21 Oktober 2021   12:39 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://famousbiography.in/wp-content/uploads/2021/03/Saiee-Manjrekar-Biography.jpg

"Jiya Nahi Jaata Sunn Baawre. Kya aap mere saath jana pasand karenge?"

"Nahi nahi accha accha babuji"

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.45 WIBM-KP (Waktu Indonesia Bagian Medan-Kampung Keling) Ucok duduk santuy di atas jok sepeda motornya sambil berbincang dengan Morkhen, tetangganya yang menjadi tukang parkir di tempat itu.

Sesekali matanya menatap arloji Bvlgari KW-nya. Masih jam emprat. Tapi ia kemudian tidak percaya karena dari tadi posisi jarum pendek dan jarung panjang arloji itu bergeming.

Ucok lalu menatap layar hape, astaganaga, sudah jam emprat lewat tiga peremprat! Rupanya Bvlgari itu sudah almarhum tanpa sempat berpamitan. "Keparat!" dampratnya sambil menyalakan motor. "Tambi, aku cabut dulu ya!" Ucok kemudian menghilang tanpa menunggu jawaban.

Tak sampai sepengisapan sebatang rokok, Ucok sudah sampai di tekape. Seorang gadis manis bertubuh bohay dengan rambut panjang keemasan berdiri di selasar sebuah ruko. 

Tampaknya ia sedang menunggu seseorang. Gadis itu berkulit putih bersih dengan raut wajah mirip bintang Bollywood, Jacqueline Fernandez. Eh tidak, lebih tepatnya Saiee Manjrekar, bintang muda Bollywood yang sedang naik daun itu.

Sebuah Mercy SLK kupe tiba-tiba berhenti tepat di samping bidadari Bollywood tadi. Namun ia mengacuhkan saja ajakan pengendaranya. Ia kemudian melambaikan tangan kepada Ucok yang segera menghampirinya.

"Hai, sorry ya aku telat dikit"

"Gapapa, aku juga baru selesai. kamu gak bawa helm?"

"Ah gak usah. Polisinya mana berani. Lihat senyum manismu langsung menggelepar dia, haha"

"Ya udah yang ditilang juga kamunya, bukan aku" kata bidadari itu sambil naik ke jok belakang. Alamak!

Bidadari dari Bollywood itu bernama Myra Advani. Sebenarnya ia bukan dari Bollywood tapi dari Kesawan, pusat kota di kawasan Kota Tua Medan dengan berbagai bangunan bergaya kolonialnya itu.

Kesawan memang banyak dihuni kaum "India Putih" yang berasal dari India Utara seperti Punjabi. Sedangkan Kampung Keling/Kampung Madras dihuni kaum "India Hitam" yang berasal dari India Selatan (Tamil Nadu)

Ucok dan Myra memang sedang pedekate, boleh dikata gebetan. Namun bagi Ucok hubungan mereka itu serasa sudah tunangan saja! Sebenarnya banyak "cowo Bollywood" yang tertarik kepada Myra, terutama the boy next door, Ramesh Singh. Ramesh wajahnya mirip Shah Rukh Khan ketika muda. Tajir, ramah, baik dan seiman pula. Anaknya soleh karena rajin ke kuil, tapi Myra selalu mengabaikannya.

Jadi "entah apa yang dilihat" Myra pada sosok Ucok ini. Yah mungkin karena tampang Ucok ini yang anti-mainstrem.

Sebaliknya bagi Ucok "banyak kali yang mau dilihat" pada sosok Myra. Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki (bagian tengah apalagi) tak puas-puasnya ia menatap dan membayangkannya.

"Senyum manisnya itu mampu melemaskan otot-otot yang kaku dan meluruskan tulang yang bengkok" kata Ucok kepada Morkhen suatu kali.

"Ah tak percaya aku bang. Manis-manis kata orang, kalo belum awak coba, gak yakinlah awak manisnya"

"Ah bangsat kau. piktor, pikiran kotor aja kau ini!" kata Ucok sambil tertawa.

Sejak mengenal Myra, kehidupan Ucok berubah 180 derajat. Kalau Ucok dulunya penggemar musik heavy metal dan punk rock, sekarang ia menggemari musik dangdut. Lagu Nothing Else Matter Metalicca kini berganti dengan lagu KKHH (Kuch Kuch Hota Hai) Shah Rukh Khan dan Kajol.

Roti tawar dengan selai nenas kini digantikan oleh chapati dan Naan. Nasi goreng digantikan nasi Briyani. Fried chicken kini digantikan Ayam Tandoori. Bahkan motor Honda Vario Ucok kini berganti menjadi Bajaj Pulsar 220. Alamak!

"Kurang kali power Vario itu wak, apalagi kalau awak gonceng cewek" kata Ucok kepada Morkhen yang terheran-heran melihat motor baru Ucok itu.

Kedua orang tua Ucok juga stress melihat perubahan pada anak semata wayang mereka itu. Ucok kini rajin belajar bahasa Hindi ditemani lagu dangdut.

Dari balik pintu kamarnya jelas terdengar suara Ucok berulang-ulang, "Hum tumhe pyar karte hae, i love you. Kya aap mere saath jana pasand karenge? maukah kamu pergi denganku?"

Mamaknya terperangah, lalu bergegas menghampiri bapak si Ucok yang sedang nonton televisi.

"Pak sudah gilak kurasa anak kita ini"

"Kenapa gila? Namanya juga anak muda lagi jatuh cinta, biarkan saja. Jatuh cinta itu memang gila mak hehe"

"Ah bapak ini maen-maen, serius dikit dulu pak"

"Lha dulu juga dia gitu. Kenalan sama cewe Jerman, trus belajar bahasa Jerman. Cewenya pergi, dia galau, gak mau belajar bahasa Jerman lagi. Yah anaknya sendiri yang baperan, haha."

"Yah gak gitu juga, kasihan anakku itu!"

"Eh mamak jangan kasihan-kasihan gitu. Inilah realita hidup. Berani mimpi harus berani juga kecewa. Berani jatuh cinta harus siap juga patah hati. Anak-anak muda yang lain juga mengalami hal yang sama. Itu jugalah proses yang harus dilewati Ucok supaya dia bisa dewasa."

"Ah aku takut Ucok patah hati. Soalnya sudah kulihat cewenya itu, cantik kali. Gak cocok sama si Ucok."

"Bah koq mamak pula yang menentukan cocok gak cocoknya, biarlah orang itu berdua yang mengatur. Tapi kalo akunya katanya, aku takkan berani mendekati cewe cantik karena mentalku gak kuat. Soalnya waktu kuliah di Jogja dulu sudah pengalaman, sakitnya tuh di sini, haha. Tapi kalau Ucok ini mentalnya memang kuat, berkali-kali dighosting cewe tapi gak pernah kapok-kapok, hahaha."

"Ah bapak ini memang tak peduli sama anaknya! Masuk kamar aja aku, pening kepalaku!"

***

Apa yang dikhawatirkan mamak si Ucok rupanya menjadi kenyataan. Lagu India yang tadinya menghentak-hentak kini berubah menjadi lagu India penuh ratapan kesedihan.

Sudah seminggu ini Myra menghilang tanpa jejak. Bekas jejaknyapun susah untuk ditemukan. Rumahnya terkunci pertanda tidak ada penghuninya. Hapenyapun tidak bisa tersambung.

Kini Ucok kehilangan "Separuh Nafas"-nya. Ia tampak seperti "Manusia Bodoh." Ia ingin membuat sebuah puisi untuk mengungkap isi hatinya, tapi tak bisa karena ia "Bukan Pujangga." Ya ampun, "Ada Apa Denganmu" Myra? Padahal "Tidak Semua Laki-laki" bersalah kepadamu. Alamak!

Seminggu serasa sewindu bersama sejuta rindu yang terpenjara. Alamak! Suasana rumah Ucok kini sepi mencekam. Ayam Tandoori yang dihidangkan mamak si Ucokpun tidak disentuh.

Sampai kemudian tibalah sepucuk kartu pos dari Myra yang mengabarkan kalau dirinya sedang berlibur dengan pacarnya di Maldives. Rupanya kini mereka sudah baikan gegara pacar Myra cemburu melihat Myra bergoncengan dengan Ucok naik motor Bajaj Pulsar. Ternyata cowo guanteng yang naik Mercy SLK kupe itu adalah Jimmy Kapoor, pacar Myra!

Hati Ucok hancur berkeping-keping, ternyata dia kena ghosting. Tjintanja roepanja bertepoek sebelah tangan! Sapu tanganpun kini tak mampu menahan air mata Ucok. Ia butuh handuk ukuran XXXL, karena air matanya kini tumpah berember-ember...

***

Sebulan berlalu, sepertinya luka di hati Ucok mulai sembuh. Mamak si ucok girang bukan kepalang ketika melihat Ucok sudah mulai pergi bermain dengan teman-temannya.

"Senang kali kurasa. Maunya si Ucok ini gak usah dululah cewek-cewekan. Selesai sekolahnya nanti, trus kerja, nanti aku carikan istri yang baik untuknya." Kata Mamak si Ucok kepada suaminya.

"Mana bisa gitu! Ini bukan jaman Siti Nurbaya lagi. Manalah mau anak sekarang dijodohkan. Lihat kan, kemarin dia diputuskan cewenya, sekarang dia cari cewe lagi. Yah begitulah hidup. Biarkan saja mak."

Pada saat kedua orang tuanya berdebat soal dunia asmara si Ucok, tiba-tiba Ucok masuk ke dalam rumah sambil berseru, "Kon'nichiwa" lalu ia masuk ke dalam kamarnya.

Tak lama kemudian ia keluar lagi sambil berkata, "Pak, mak Ucok pergi dulu sebentar ya"

"Eh mau kemana kau, barusan juga kau sampe rumah?" kata mamak si Ucok keheranan.

"Mau ke Gramedia sebentar mak, mau beli kamus bahasa Jepang."

"Ngapai kau koq tiba-tiba nyari kamus bahasa Jepang?"

"Iya mak, dua hari lalu aku kenalan sama cewe Jepang. Lusa dia ngajak aku jalan-jalan ke danau Toba. Aku cabut dulu ya mak, Kon'nichiwa."

"Aduh Ucok matilah kita, tak kapok-kapoknya kau Ucoooook!" jerit mamak si Ucok, sementara bapak si Ucok tertawa terbahak-bahak. Namun si Ucok sudah pergi naik motor Honda Vario-nya. Entah dimana sekarang Bajaj Pulsar 220 itu, hahaha.

Salam sayang selalu...


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun