Awalnya paspor Henry diperiksa dengan teliti karena diduga palsu. Henry juga ditengarai bersama teman-temannya dokter dari Indonesia ingin berpraktik secara ilegal di Malaysia. Henry kemudian diinterogasi secara intensif karena wajahnya mirip dengan wajah seorang teroris jaringan ISIS yang telah masuk ke wilayah semenanjung Malaysia.
Selama lima hari, Henry ditanyai polisi dari pagi sampai jam delapan malam. Waktunya habis seharian dengan urusan di kantor polisi.
Keluarga Siti pun kemudian "mengurung" Siti di rumah. Dr Hamid yang "baik hati" itu, lalu memberikan izin cuti selama dua minggu kepada Siti supaya dapat "beristirahat" dengan nyaman di rumahnya! Â
Malam itu Henry duduk dengan frustasi di kamar hotelnya. Sudah lima hari dia tidak bertemu dan tidak bisa berhubungan dengan Siti.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya dan menyelipkan secarik kertas dari bawah pintu. Ketika dia membaca tulisan pada kertas itu, tertulis, "back-yard, Pirngadi."
 Pirngadi adalah nama lain Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi, di kota Medan.
"Hah! Ini pasti Siti!" Henry maklum, di situ pasti banyak kaki tangan dr Hamid. Dengan mengenakan celana pendek saja, Henry kemudian pergi ke taman belakang untuk merokok.
Di back-yard dia terkejut karena hanya melihat seorang lelaki setengah baya, dan Siti tidak ada!
"Abang namanya Henry kan, saya Samosir, anak Medan juga bang. Kak Siti sudah menunggu di sana, ayo cepat bang. Abang ikuti awak dari belakang pelan-pelan ya bang" bisik lelaki setengah baya itu kepadanya. Alamak!
Sejenak Henry ragu, jangan-jangan ini sebuah jebakan! Tapi bang Samosir ini pastilah anak Medan! Henry lalu berjalan mengikuti bang Samosir dengan perlahan agar tidak menarik perhatian orang lain.
Samosir ternyata berjalan menuju ke sebuah mobil yang parkir di belakang hotel tempat Henry menginap. Setelah celingukan sebentar, Samosir lalu mempersilahkan Henry untuk masuk ke dalam mobil.