Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Apakah Jokowi Sengaja "Menjebak" Prabowo dan Sandi?

6 Januari 2021   12:20 Diperbarui: 6 Januari 2021   12:27 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandi, Prabowo dan Fadli Zon, sumber: harianindonesia.id

Ikan di laut, asam di gunung, bertemu dalam belanga. Setelah sebelumnya terpisah oleh jarak dan waktu, pasangan sehati Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akhirnya bersatu kembali dalam "belanga" kabinet Jokowi edisi New-Normal.

Entah apalah yang ada dalam pikiran pencoblos 02 ketika melihat Prabowo dan Sandi ini masuk kedalam kabinet Jokowi. Ingatan kemudian diulang kembali. Dulu itu kan Pilpres, bukan Pilgub, apalagi Pilmen (Pemilihan Menteri) Kok inputnya Pilpres, outputnya Pilmen!

Bukan apa-apa, tidak semua pemilih 02 di TPS itu adalah pemuja pasangan 02 ini. Bahkan sebagian dari mereka ini merasa terpaksa mencoblos 02 walau sebenarnya mereka tidak suka.

Apa pasal? Ternyata mereka ini adalah termasuk kaum "Salawi," alias semua salah Jokowi! Karena terlalu benci kepada Jokowi, maka mereka kemudian memilih pasangan 02. Nah, ketika Prabowo-Sandi kemudian dengan sukacita bersedia menjadi pembantu Jokowi, maka sakitnya tuh disini...

Sebaliknya juga, entah apalah yang ada dalam pikiran kaum cebongers bin Jokowers merangkap Ahokers ketika melihat pasangan Prabowo-Sandi ini masuk kedalam kabinet Jokowi.

Bukan apa-apa, mereka ini sejak dulunya sudah banyak menghabiskan uang untuk membeli kuota agar bisa membully Prabowo dan kemudian Sandi di medsos. Itu sudah dimulai sejak era Pilpres 2014, Pilgub DKI 2017, dan berlanjut hingga ke Pilpres 2019. Eh, ujung-ujungnya Prabowo-Sandi bergabung pula dalam kabinet Jokowi edisi New-Normal. Sebelnya tuh disini...

Di benak netizen +62 kemudian timbul aneka pertanyaan, mengapa Jokowi mau menerima Prabowo-Sandi masuk ke dalam kabinetnya?

Yang pasti jawabannya hanya ada tiga. Yang pertama tentunya Hanya Tuhan saja yang maha mengetahuinya. Kedua, tentunya hanya Jokowi sendiri manusia yang mengetahuinya secara pasti.

Ketiga, dan ini yang paling seru, kita hanya bisa menebak atau mencoba membuat hipotesis terkait alasan pemilihan ini.

Kalau tebakan/hipotesis penulis ini benar, maka Jokowi pasti akan tersenyum-senyum membacanya. Namun, kalau tebakan/hipotesis penulis ini kerilu, maka Jokowi pun akan tetap tersenyum-senyum juga membacanya! Nah disinilah letak keseruan itu, hehehe...

***

Saat ini pandemi Covid-19 benar-benar membuat dunia terguncang. Tidak ada satupun masyarakat atau negara yang tidak menderita. Demikian juga dengan Indonesia yang perekonomiannya langsung terjun bebas.

Sama halnya dengan sebagian warga yang hidupnya kini sudah "mantab" alias "makan tabungan," maka republik ini juga bertahan hidup dengan cara mantab juga, mengandalkan cadangan devisa plus utang.

Setoran pajak sudah jelas jauh panggang dari api. Lha, kalau pabrik tutup dan pengusaha bangkrut, pajak apa yang akan mereka setor ke negara? Sebagian dari pengusaha itu bahkan harus memohon bantuan negara untuk membayar pesangon karyawan yang terdampak PHK.

Di saat situasi mengerikan ini, sebagian kecil warga bukannya ikut prihatin atau memberi sumbangan kepada masyarakat/negara, tetapi justru semakin memperkeruh suasana.

Tentunya sidang pembaca yang budiman sudah mengetahui siapa atau kelompok mana saja itu. Sialnya mereka ini kebetulan adalah pendukung garis keras di belakang pasangan 02 tadi.

Nah, untuk mendinginkan suhu politik yang cenderung meninggi, maka Jokowi kemudian mengajak Prabowo-Sandi tadi untuk masuk ke dalam kabinetnya.

Apakah suhu politik langsung adem?

Jawabannya ya dan tidak. Ya, kalau dari sudut pandang emak-emak yang kalau naik skutik, seinnya ke kiri tapi beloknya ke kanan itu. Emak-emak yang suka baper ketika melihat senyum ganteng Bang Sandi itu, kini nyaris tidak terdengar lagi kritikannya kepada pemerintah.

Bagi kaum salawi, masuknya Prabowo-Sandi ke dalam kabinet Jokowi ternyata tidak membawa kedamaian bagi jiwa raga mereka ini. Contohnya adalah Fadli Zon.

Sebagai seorang kader partai Gerindra, seharusnya Fadli Zon bangga dong ketika melihat dua kader partai dan sekaligus majikannya itu bisa duduk dalam kabinet Jokowi. Namun Fadli Zon tetap saja Salawi garis keras.

Netizen kemudian berkata kalau Gerindra melakukan "politik dua kaki." Satu kaki berada di dalam kabinet, sementara kaki lainnya bergerilya untuk menggembosi kebijakan pemerintah.

Dulu memang PKS pernah juga melakukan hal seperti ini. Ketika itu PKS bergabung dalam kabinet SBY. Akan tetapi Fachri Hamzah dan kawan-kawan PKS-nya suka mengkritik kebijakan pemerintah SBY.

Akan tetapi Fadli Zon tidak sedang menjalankan politik dua kaki ataupun politik kaki lima, karena ia sebenarnya punya alasan kuat untuk menolak Prabowo-Sandi masuk ke dalam pemerintahan Jokowi.

Supaya sama-sama ena-ena, mari kita lihat ulasannya di bawah ini.

Pertama soal visi.

Adalah menjadi tujuan utama dari setiap partai untuk memenangkan Pileg dan Pilpres 2024 nanti. Oleh karena itu agenda dan strategi partai tentunya akan bermuara ke tujuan tadi.

Sama seperti pada masa pra-kemerdekaan dulu, Fadli Zon yang militan ini lebih memilih jalur Non-kooperatif untuk mencapai tujuan tersebut. Itulah sebabnya ia bersekutu dengan kelompok/ormas militan seperti FPI misalnya untuk mencapai tujuan tadi.

Sebaliknya Prabowo-Sandi yang lebih soft, "anak mami" dan juga berlatar belakang pengusaha ini, justru lebih memilih jalur kooperatif untuk mencapai tujuan tadi.

Masuk akal sebab jalur kooperatif ternyata bisa membuat mereka sekarang berada di pusat kekuasaan itu sendiri tanpa harus meneteskan keringat!

Dari segi ekonomi, jalur kooperatif juga lebih menguntungkan. Bayangkan saja orang seperti Gatot Nurmantio harus keluar uang banyak untuk "memperkenalkan dirinya" lewat tour ke beberapa kota.

Sementara itu Prabowo-Sandi bahkan mendapat publikasi gratis, gaji, fasilitas dan privilege sebagai seorang menteri. Dalam hal ini, ide Fadli Zon memang benar-benar zonk!

Kedua, soal kapasitas.

Setahun sudah Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Apa saja prestasi yang sudah dicapainya? Rasanya tidak ada, tapi itu bukan salah Prabowo sendiri!

Sejak semula Jokowi sudah mengatakan, tidaka ada visi-misi menteri, yang ada adalah visi-misi presiden. Selain itu Prabowo adalah seorang penganut paham silent is golden, diam itu emas.

kebetulan MenkoPolhukam itu adalah seorang "tukang bicara," dan termasuk rajin ngetwit pula. Jadi tugas konpers Prabowo itu sudah diambil alih MenkoPolhukam. Aseek!

Sebenarnya banyak netizen (terutama cebongers) yang meragukan kapasitas dari Prabowo-Sandi ini. "Bisa apa mereka ini?" demikian kira-kira pendapat mereka. Namun sebagian lagi justru bergembira karena merasa Jokowi memang sengaja mengajak Prabowo-Sandi, agar netizen bisa melihat sendiri kinerja mereka ini. Hal aneh lainnya adalah ketika Jokowi menyuruh Prabowo untuk mengurusi Lumbung Pangan. Padahal itu kan tugas Menteri Pertanian.

Walaupun sama-sama huruf "P," Pangan dan Pertahanan itu kan beda jauh. Kantor Kemenhan dan Kementan saja jaraknya berjauhan. Takutnya besok-besok Kemenhan mendapat tugas untuk mengurus KB ataupun gepeng (gelandangan dan pengemis) yang menyerbu Jakarta menjelang Lebaran nanti. Nah, mungkin inilah yang ditakutkan oleh Fadli Zon tadi.

Akan tetapi lain udang lain pula perangainya. Lain orang lain pula sudut pangdangnya. Bagi seorang prajurit seperti Prabowo, tugas itu adalah amanah yang harus dilaksanaken. Mengurusi Pertahanan, makanan, lansia ataupun menjadi presiden sekalipun, tetap harus disyukuri dan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Jadi sebagai seorang prajurit Prabowo tetap santuy melaksanakan segala penugasan oleh negara.

Ketiga, Jabatan menteri bisa menjadi blunder

Satu hal yang ditakutkan oleh pendukung Prabowo (termasuk Fadli Zon juga) adalah kalau sekiranya Jokowi "meng-Anies-kan" Prabowo-Sandi secara tiba-tiba di tengah jalan. Kalau hal ini sampai terjadi, maka Prabowo-Sandi akan "kembung," dan elektabilitasnya akan langsung nyungsep.

Anies Baswedan, Sudirman Said dan si raja kepret, RR (Rizal Ramli) seketika "kembung" ketika dipecat Jokowi dulu itu.

Dulu Ignasius Jonan juga sempat "kembung" ketika diberhentikan sebagai Menteri perhubungan. Akan tetapi Jonan yang pernah ketahuan molor di kereta ini ternyata memiliki An-an-in JRG di sakunya. Wes ewes ewes, bablas angine. Jonan kemudian malah naik pangkat menjadi Menteri ESDM! Hal ini tentunya sangat sulit bisa dilakukan oleh Prabowo dan Sandi.

Dari paparan di atas tentunya bisa kita mengerti mengapa Fadli Zon tetap berseberangan sikap dengan pemerintah. Namun ada bisik-bisik yang mengatakan kalau Fadli Zon itu sebenarnya sudah siap-siap untuk mengisi pos yang ditinggalkan oleh Edhy Prabowo di KKP kemarin.

Namun untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Jokowi malah mengangkat SWT (Sakti Wahyu Trenggono) sebagai Menteri KKP baru, bukannya Fadli Zon!

Bisik-bisik juga mengatakan kalau Jokowi kapok mengangkat menteri yang hanya bisa omdo. Dulu itu RR diangkat menjadi menteri. Bukannya kerja, RR ini malah bikin gaduh dengan mengkritisi kementerian lainnya. Akhirnya ia dipecat. Sepertinya Pakde tidak ingin kejadian seperti dulu itu terulang kembali.

Misalnya FZ ini diangkat menjadi Menteri KKP. Esok paginya ketika sarapan, FZ rupanya kesal karena telur dadarnya terlalu asin. Ia kemudia ngetwit, "Sejak rezim planga-plongo ini berkuasa, garam pun menjadi terlalu asin karena kehidupan petani garam ditekan seperti pada era komunis berkuasa."

Tak lama kemudian hapenya berdering. Rupanya dari Petamburan. "Bro, ente ngetwit apaan? Garam itu kan urusan KKP! Ente sekarang Menteri KKP, mosok ente ngejelekin muka sendiri?"

"Astagfirullahadzim! Ane lupa gan kalau sudah jadi menteri, maklum kebiasaan lama, hehehe. Ane juga baru tau kalo garam itu urusannya KKP..."

Ikan cupang kumisnya dikucir

Ikan buntel pipinya tembem segede tomat

Fadli Zon memang si-tukang nyinyir

Biarin aja bodo amat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun