Dulu memang PKS pernah juga melakukan hal seperti ini. Ketika itu PKS bergabung dalam kabinet SBY. Akan tetapi Fachri Hamzah dan kawan-kawan PKS-nya suka mengkritik kebijakan pemerintah SBY.
Akan tetapi Fadli Zon tidak sedang menjalankan politik dua kaki ataupun politik kaki lima, karena ia sebenarnya punya alasan kuat untuk menolak Prabowo-Sandi masuk ke dalam pemerintahan Jokowi.
Supaya sama-sama ena-ena, mari kita lihat ulasannya di bawah ini.
Pertama soal visi.
Adalah menjadi tujuan utama dari setiap partai untuk memenangkan Pileg dan Pilpres 2024 nanti. Oleh karena itu agenda dan strategi partai tentunya akan bermuara ke tujuan tadi.
Sama seperti pada masa pra-kemerdekaan dulu, Fadli Zon yang militan ini lebih memilih jalur Non-kooperatif untuk mencapai tujuan tersebut. Itulah sebabnya ia bersekutu dengan kelompok/ormas militan seperti FPI misalnya untuk mencapai tujuan tadi.
Sebaliknya Prabowo-Sandi yang lebih soft, "anak mami" dan juga berlatar belakang pengusaha ini, justru lebih memilih jalur kooperatif untuk mencapai tujuan tadi.
Masuk akal sebab jalur kooperatif ternyata bisa membuat mereka sekarang berada di pusat kekuasaan itu sendiri tanpa harus meneteskan keringat!
Dari segi ekonomi, jalur kooperatif juga lebih menguntungkan. Bayangkan saja orang seperti Gatot Nurmantio harus keluar uang banyak untuk "memperkenalkan dirinya" lewat tour ke beberapa kota.
Sementara itu Prabowo-Sandi bahkan mendapat publikasi gratis, gaji, fasilitas dan privilege sebagai seorang menteri. Dalam hal ini, ide Fadli Zon memang benar-benar zonk!
Kedua, soal kapasitas.