Mungkin anda pernah membaca iklan penjualan mobil, "Djl cpt mbl Avz 2014 Pth BU!" Dua huruf terakhir "BU" (Butuh Uang) itu menjadi kata kunci bahwa harga komoditas tersebut ditawarkan lebih murah daripada mobil sejenis lainnya. "Kode cpt" adalah pertanda bahwa sipenjual memprioritaskan dana penjualan mobil tersebut, dan siap untuk "nego habis..."
***
"Ini Medan bung!" Demikianlah seruan sinis seorang pedagang rokok asongan kepada seorang penumpang yang baru saja tiba di sebuah stasion bis, di kota Medan. Rupanya penumpang tersebut baru saja kehilangan kopernya pada saat dia menyalakan sigaret yang baru saja dibelinya dari pedagang asongan tersebut...
Seruan sinis seperti itulah yang terngiang dikepala penulis ketika melihat kenaikan harga beras, yang berdampingan dengan Operasi Pasar yang sedang dilakukan oleh Bulog! Ini tampak seperti sebuah ironi. Operasi pasar yang dilakukan Bulog beberapa waktu lalu itu sama sekali tidak mampu menurunkan harga beras!
Teori ekonomi modern maupun lawas sepertinya tidak mampu menjelaskan fenomena kenaikan harga ini. Para ekonom, praktisi maupun pejabat terkait dari Kementan maupun Kemdag kemudian memberi penjelasan untuk fenomena ini. Namun penjelasan tersebut tidak mampu mengatasi persoalan, justru sebaliknya membuat masyarakat semakin bingung dengan pernyataan yang saling bertolak belakang satu sama lain...
Lalu bagaimana cara efektif untuk "Menjaga Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok demi Kesejahteraan Masyarakat ini?
Jawabnya kembali kepada teori Mekanisme Pasar dengan tiga prisip yang saling berkaitan itu.
Menjelang Ramadan dan dan hari-hari besar keagamaan lainnya, umumnya komoditas akan "menghilang" sejenak. Sebenarnya lebih tepat disebut "ngumpet!" Akan tetapi kalau diperiksa alur distribusi barang, sebenarnya semua tampak normal saja. Bahkan jumlah persediaan barang sebenarnya meningkat untuk mengantisipasi kenaikan permintaan. Lalu dimanakah letak permasalahannya?
Setiap komoditas mempunyai karakteristik tertentu yang tidak sama dengan komoditas lainnya. Itulah sebabnya untuk setiap masing-masing komoditas, penanganannya harus dengan cara tersendiri pula. Mari kita periksa jalur distrubusi tersebut. Dimulai dari Industri/Importir, lalu Distributor, kemudian Agen Besar, Grosir, lalu Pengecer di Pasar yang menjual ke konsumen.
Kita ambil misalnya komoditas gula pasir.
Dalam kondisi normal, distribusi barang dari Distributor hingga Pengecer berjalan lancar. Sistim pembayaran juga biasanya lebih longgar, mulai dari kredit satu bulan (buka giro) hingga tunai bertahap di tingkat pengecer.