Sebuah perpustakaan bukan hanya tentang menyimpan buku, tapi juga harus menjadi pusat aktivitas literasi. Sayangnya, di desa saya, tak ada program baca bersama, diskusi buku, atau pelatihan keterampilan berbasis literasi. Tidak ada yang mengajak masyarakat untuk datang dan menikmati ilmu pengetahuan.
Masalah-masalah ini bukan hanya terjadi di desa saya, tetapi di ribuan desa lain di Indonesia. Jika kita benar-benar ingin membangun generasi yang cerdas, nasib perpustakaan desa tidak bisa dibiarkan seperti ini.
Prabowo dan Harapan untuk Literasi Desa
Sebagai seorang pemimpin yang gemar membaca, Prabowo punya peluang besar untuk membawa perubahan dalam dunia literasi desa. Jika ia serius ingin meningkatkan daya saing Indonesia, investasi pada perpustakaan desa adalah langkah awal yang strategis.
Apa yang bisa dilakukan?
1. Revitalisasi Perpustakaan Desa
Pemerintah harus memperbarui koleksi buku di perpustakaan desa agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Buku pertanian modern untuk petani, buku kewirausahaan untuk anak muda, dan buku parenting bagi ibu-ibu bisa menjadi pilihan yang lebih berguna dibandingkan buku pelajaran lawas yang tidak terpakai.
2. Digitalisasi dan Akses Internet
Salah satu masalah terbesar di desa saya adalah akses informasi yang terbatas. Jika pemerintah menyediakan perpustakaan digital dengan akses internet gratis, warga desa bisa mendapatkan informasi yang lebih luas. Dengan aplikasi perpustakaan digital seperti iPusnas atau kerja sama dengan platform seperti Google Books, anak-anak muda di desa bisa membaca buku terbaru tanpa harus pergi ke kota.
3. Perpustakaan sebagai Pusat Komunitas
Perpustakaan desa harus lebih dari sekadar tempat menyimpan buku. Ia harus menjadi pusat kegiatan belajar, tempat pelatihan keterampilan, dan ruang diskusi bagi warga. Jika ada program seperti kelas menulis, diskusi buku, atau pelatihan pemasaran digital, perpustakaan bisa hidup kembali.