Mohon tunggu...
Chistofel Sanu
Chistofel Sanu Mohon Tunggu... Konsultan - Indonesia Legal and Regulation Consultant On Oil and Gas Industry

Cogito Ergo Sum II Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin II https://www.kompasiana.com/chistofelssanu5218

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gereja Ortodoks Rusia dan Invasi Ukraina (Perpektif Sejarah)

26 Maret 2022   11:29 Diperbarui: 26 Maret 2022   11:49 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menag bersama Dubes Federasi Rusia untuk Indonesia, kemenag.go.id (Foto : Sugito) 
Menag bersama Dubes Federasi Rusia untuk Indonesia, kemenag.go.id (Foto : Sugito) 

Aliansi Kirill dengan rezim otoriter Putin telah membuahkan hasil yang jelas. Ortodoksi telah menjadi salah satu pilar utama citra identitas nasionalisme Putin. Terutama terkait wacana "perang budaya" dan "nilai-nilai tradisional" telah menarik para pendukung dunia internasional, termasuk kaum evangelikal konservatif di Amerika Serikat.

Namun faktanya Kirill tidak mewakili keseluruhan Gereja Ortodoks Rusia seperti halnya Putin yang mewakili keseluruhan Rusia. Posisi patriark telah meninggalkan beberapa komunitasnya sendiri, dan dukungannya untuk invasi ke Ukraina tentu akan memecah sebagian dukungannya di luar negeri.

Para pemimpin Kristen di seluruh dunia telah menyerukan agar Kirill mau menekan pemerintahan Putin untuk menghentikan perang. Patriark telah meninggalkan dukungan umat Ukraina yang tetap setia kepada Patriarkat Moskow. Para pemimpin gereja dunia mengutuk serangan Rusia dan meminta Kirill untuk ikut campur tangan dengan mempengaruhi sikap dan kebijakan Putin.

Keretakan yang lebih luas jelas sedang terjadi, dimana sejumlah uskup Ortodoks Ukraina telah berhenti memperingati Kirill selama  kebaktian mereka. Jika Kirill mendukung tindakan Rusia sebagai cara untuk melestarikan persatuan gereja, hasil yang berlawanan tampaknya mungkin tak dapat dihindari untuk terjadi.


 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun