“Hello class, how are you today?” ucapnya lagi.
Tetap hening.
Kemudian seorang anak mengacungkan tangan dan berkata, “Maaf bu guru, kami tidak mengerti ibu bicara apa”
Kayla benar-benar terkejut. ‘siswa kelas 4 SD bahkan tidak mengerti good morning dan how are you?’ entah akan jadi sesulit apa tugasnya di sini.
Kadang Kayla berpikir, apakah Tuhan benar-benar mengutuknya? Apa salahnya hingga ia dikutuk seperti ini?
Kayla hanya menjalani hari-harinya sebagai guru dengan sangat terpaksa. ia sempat dibuat kewalahan oleh beberapa murid yang nakal, suka melawan, dan agak bodoh dalam menangkap pelajaran. Namun kini ia tidak lagi peduli. Asal ia datang, ia mengajar, itu sudah cukup menurutnya. Ia tidak akan peduli apakah murid-muridnya mengerti atau tidak. Toh, murid-muridnya juga tidak akan peduli dengan perasaannya, bukan?
Kadang Kayla berharap, suatu saat ia akan terbangun dan mendapati bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk.
Namun ternyata tidak.
Ini adalah kenyataan. Kayla hanyalah seorang guru.
Dan Kayla benci akan kenyataan itu. Ia benci menjadi guru.
Lagi-lagi Kayla teringat ketika suatu hari ia menghadiri acara reuni dengan teman-teman SMAnya. Ia sadar betul betapa mencemoohnya tatapan teman-temannya setiap kali Kayla mengatakan bahwa ia mengajar di sebuah SD.