Kudorongkan kursi rodaku untuk mengambil es dan segera mengkompres keningnya.
" Fajar, segitu khawatirkah kamu padaku? Hingga kau tak peduli dengan kesehatanmu sendiri??" ucapku dalam hati"
" Fajar, kau selalu memberikan yang terbaik untuk hidupku, namun apakah sejauh ini aku selalu melakukan hal yang sama seperti yang kau lakukan untukku? Fajar, maafkan aku, jika selama ini aku hanya dapat merepotkan hidupmu saja" ucapku sambil disusul beberapa air mata berjatuhan
***
" besok aku jemput kamu ya, kebawah pohon idamanmu itu, kemarin aku lihat banyak sekali dedaunan kering disana yang berguguran."
 " siap Boss!!!" ucapmu sambil melajukan motor.
Aneh sekali, tidak biasanya dia membuat janji untuk menjemputku.
Keesokan harinya, tepat jam 5 sore Fajar menjemputku dan mendorong kursi rodaku menuju taman yang tidak jauh dari rumahku.
" Fajar, memang ada apa sih? tumben kamu bersikap kaya gini?"
" udah... nanti kamu juga tahu!!!" ledeknya
Sesampainya aku disana, ternyata benar banyak sekali dedaunan kering yang berjatuhan, indah sekali! Langitpun mulai memahat Senja yang berwarna jingga itu.
" Senja....." panggilmu sambil menggenggam kedua tanganku
" iya... kamu kenapa sih?" ucapku sambil tertawa melihat adegan ini
" terimakasih selalu menyemangati ku dan membuat ku merasa hidup"
" sudah sepantasnya sahabat menyemangati kan?"