" ehm..." sambil menggeleng
" karena duduk dibawah pohon seperti ini terasa damai dan tentram dengan hembusan angin yang lembut ditambah lagi guguran daun -- daun itu yang jatuh secara alami, apakah kau bisa merasakan itu?" ucapku memejamkan mata.
" aku bisa merasakannya, sangat damai." Ucapmu sambil menikmati semilir angin
"Fajar, menurutmu apakah aku pantas mendapatkan nama Senja? Â Bukankah senja itu indah dan menawan tidak seperti diriku ini?"
Kau tersentak...
" Senja, apa yang sedang kau bicarakan? Hey... kamu pantas mendapatkan nama itu. Kamu mampu menjadi sebuah senja seperti itu!" ucapmu sambil menunjuk pada langit senja sore itu.
 "Fajar, terimakasih karena kamu selalu menyemangati hidupku, mengisi hari -- hariku tanpa pernah membiarkan aku dalam kesepian dalam menjalani hidup ini. Fajar, apakah saat -- saat ini akan selalu ada dalam hidup kita?"
" dengar senja.. aku akan selalu berada disisimu, Â dan mengisi kekurangan satu sama lain dan saat -- saat ini tak kan pernah menghilang dalam hidup kita, kita sudah bersahabat 7 tahun dan kau orang yang selalu membuatku memiliki banyak tujuan yang satu per satu terwujud" Ucap Fajar tersenyum.
***
Pagi itu hujan turun mengguyur bumi. Aku hanya duduk diteras rumah sambil memandangi rintik -- rintik hujan yang berdenting lembut dan bernada.
Ya, aku hanya sendirian disini. Kedua orangtua asuhku sedang dinas diluar kota untuk beberapa hari sedangkan Fajar, biasanya dia datang kesini tetapi pagi ini, dia belum juga datang mungkin karena hujan. Ada sepiring roti bakar dan seteko teh hangat diatas meja tepat disebelahku. Aku selalu menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Namun Fajar belum juga datang sama seperti fajar pagi yang tidak muncul karena ditutupi oleh awan mendung.
"Huh.... Dingin sekali disini!" batinku