Mohon tunggu...
Chesalestyn
Chesalestyn Mohon Tunggu... Bidan - Fac Tantum Incipias, Sponte disertus Eris...

Sedang Berkutat di dimensi Hukum Kesehatan Unika Soegijapranata Semarang.... Pencari recehan, suka receh tapi ga receh, garing. penyuka anjing mutlak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Ini, Kisah Nyata Ceritaku

19 November 2020   22:39 Diperbarui: 13 Januari 2021   21:25 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengungkapkan perasaan suka kepada laki-laki itu. Gengsi!!. Ibarat kabut pekat menghalangi matahari. Sepertinya tidak ada titik terang. Gundah.

-----------------------------------------

"Aku menyukai mu bang" !!ucapku Yakin, kata-kataku sepertinya terdengar jelas ditelinga laki-laki itu dalam percakapan di ponsel.

Hebat kan. Ya. Aku perempuan hebat. Perempuan yang masih menduduki bangku perkuliahan, yang masih tidak tahu bagaimana berpacaran dan sekarang mengungkapkan perasaannya kepada orang yang disukainya. Termakan sudah gengsian itu. Benakku untuk perasaan ini, bisa jadi masuk nominator piala Oscar untuk katagori perempuan suram dan perasaannya.

"Ayo Kita berpacaran dek !!". pinta laki-laki itu dan menjawab pernyataan fenomenalku tempo dan selama itu.

 dan............

Angka tujuh hitungan tahun sudah terpijakki sejak ungkapan dan permintaan itu. Dari permasalahan pasang surut, kami tetap menjalin hubungan. Banyak kisah, kami jalani  berdua. Banyak moment berdua yang sudah kami berdua lewati. Kepercayaan penuh dan tersembunyi.

Ya tersembunyi. Khalayak umum yang mengenali kami, sudah tahu tentang status hubungan kami. Namun beda hal dengan orang tuaku. Sebenarnya mereka tahu namun berharap untuk tidak pernah tahu.

Dis uatu senja

Sambil mengangkat bakul nasi, kami berjalan menyusuri tepian pantai.

"bang, hubungan kita ini, aku merasa mirip seperti kisah Mark Anthony dan Cleopatra, apakah nanti kau yang akan mati duluan ?" gurauku yang terdengar menyedihkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun