Mohon tunggu...
Maschun Sofwan
Maschun Sofwan Mohon Tunggu... Penulis - Blog : Aleniasenja.com | IG : @maschunsofwan | Youtube : Maschun Sofwan

Jejak Rindu Di Telaga Nurani

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pesan Cinta dari Hujan

30 April 2018   23:35 Diperbarui: 30 April 2018   23:37 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika aku dan dosen penguji menyatakan selesai dan memberiku nilai bagus pada saat itu dan aku dinyatakan lulus, aku meneteskan air mata, antara bahagia dan juga sedih. Bahagia karena aku bisa lulus dan menjadi sarjana, namun ada kesedihan yang teramat mendalam aku rasakan saat itu, dimana hari itu adalah hari yang paling bersejarah dalam hidupmu, dimana kau telah berucap janji suci untuk hidup bersama dengan cinta lain.

Selesai sidang, dimana teman-teman yang lulus merayakannya, namun tidak denganku. Aku terdiam kaku di dalam mushola kampusku. aku duduk dalam do'a mengucapkan terima kasih dalam sujudku kepada sang pencipta telah memberiku kelulusan dalam menempuh pendidikanku.

Aku juga masih saja meneteskan air mata saat itu, aku binggung harus bagaimana lagi harus menyampaikannya kepada dunia jika aku saat itu memang benar-benar sedih. Taukah engkau, aku selalu bermimpi jika saat kelulusan ini, orang yang pertama yang ingin aku kabarkan adalah kamu, namun itu tak sesuai dengan rencana, aku tak bisa melakukannya.

Selesai aku duduk termenung tanpa ekspresi gembira, aku pamit kepada teman-teman semua untuk pulang ke kostku saja. Aku pulang, aku sedih dan aku seperti tak memiliki semangat atas apa yang telah aku raih dalam pendidikanku.

Sampai di kost, aku meneteskan air mata kembali, meneteskan air mata tentang kamu yang begitu aku tunggu sejak lama untuk bisa hidup bersama setelah kelulusanku ini. Namun kenyataan yang ada itu hanya omong kosong saja.

Malam harinya, Aku masih saja tak mampu tidur, aku berdiri didepan kamar kostku menatap langit, dan tanpa aku sadari Hujan malam itu turun dengan derasnya, seakan langit mengerti apa yang sedang aku rasakan malam itu.

Aku menatap setiap rintinkan hujan itu jatuh dengan kesedihan yang luar biasa. Setiap helai hujan yang turun aku menyampaikan sebuah kata agar apa yang sedang aku rasakan dapat didengar oleh bumi. Aku menyampaikan pesan rindunya hati dan ingin berkata kepadamu, jika aku tak harus bagaimana kehilanganmu.

Aku menyampaikan pesan kepada hujan malam itu agar ia dapat berkata kepadamu jika telah mengikhlaskanmu bahagia bersama orang lain. Aku berkata, jika aku tak akan menyimpan benci, rindu dan cinta yang tertulis atas namamu lagi, karena pada malam itu semuanya telah aku titipkan kepada hujan malam itu.

Aku menangis sejadi-jadinya, dimana aku harus melepaskan seseorang tanpa ia mengetahui dan melihat saat aku berucap sendirian ditengah malam dalam hujan yang begitu deras. Saat itu aku telah merelakan semua pergi dariku, aku telah menyatakan jika aku tak pernah menyatakan jika kaulah yang salah telah meninggalkanku, namun aku lebih mengutamakan diriku tak terbelenggu dengan keadaan yang terjadi agar dapat mengerti jika itu sudah kehendak yang maha kuasa jika kita memang bukan untuk hidup bersama, kita hanya memiliki kisah yang sama di dunia ini.

Hujan malam itu turun sampai pagi, dan seakan menemani kesedihanku malam itu yang duduk sendiri tanpa ada ucap kata sedikitpun keluar dari mulutku. Aku duduk hingga subuh menjelang, dan hujan menjadi saksi jika aku pernah mengatakan sesuatu kepadanya, tentang seseorang yang sangat aku cintai dalam hidupku.

Saat Adzan subuh berkumandang, aku bergegas mengambil wudhu dengan di iringi dinginnya angin malam waktu itu karena memang hujan belum juga reda. Aku melaksanakan sholat subuh dan mendo'akanmu agar kau hidup bahagia bersamanya, dan dapat membina rumah tangga yang mawadah dan warrohamah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun