Mohon tunggu...
Che Ghele
Che Ghele Mohon Tunggu... Freelancer - Opini, Sastra, Budaya

Mempelajari Sastra Jepang sebagai sarana komunikasi global,pegiat literasi yang suka puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Noda Nokta

28 Agustus 2024   06:38 Diperbarui: 28 Agustus 2024   06:40 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selamat Pagi, Yang Terkasih

Dari segala hari yang kulewati; 

ini hari pertama

biarkan Frasaku mengudara 

Aku melambai di ujung kapal, pulau melati mengerut kecil

Ku sapuh lagi polesan baru, lipstik merah merona membingkai, merekah di ujung senyuman

Yang tadi itu musnah di pelukan

Membekas membanjiri bidangnya separuh badan

Lelaki yang belum tidur semalaman

Lelah kami sungguh; menanti siulan yang memanggilku pulang

Sejenak ku hirup udara sore,

Ini hari pertama aku meninggalkan kota

Kupandangi wajah bodoh dan resah

Pria-ku yang entah kapan lagi kami bersua,

Mengecil

Hingga sebintik noda

Jari-jemariku diam, membisu tanpa lambaian

Aku muak berpura-pura

Kupandangi laut riuh redam

Ombak menghentak

Suara dentuman lalu-lalang

Manusia berlari, berganti rupa

Naik turun, tertawa,

Aku disana tanpa tanya,

Rokok mengepul kuapit hingga rona berganti pekat

Rianty?

Aku berbalik, kupandangi pria gagah didepanku

Namaku rupanya dikenalnya juga

Kami saling pandang sesaat

Duduk sambil mengepul, mengapit hingga pekat berganti kokokan ayam

Rupanya si Jantan masih tahu tugasnya

Duduk mengapit memberi tahu para awak

Aku, si Jantan dan pria gagah; diam lagi tanpa kata

Aku belum rindu juga, belum benar-benar kurasa

Pria yang lelah di barat

Yang tak tidur semalaman

Menjaga pujaan hatinya

Kami memunggungi aturan

Melangkahi leluhur

Memindai kehendak

Bagaimana aku bisa terus disana?

Kubenam mata kakiku, dalam-dalam

Antara lekukan pasir dan riak ombak di kejauhan

aku menulis;

surat-ku yang ke-delapan

Aku tampak puitis hari ini,

Kepalaku penuh diksi

Diam-diam kukagumi engkau

Kurangkai dalam diam

Surat-ku yang ke-delapan

Engkau yang elok hatinya

Dari keindahan tanganmu, engkau berbagai

Dan senyum-mu, ah senyum-mu itu! Sungguh aku suka!

Biarkan puisiku merayumu,

Dalam diamku, biarkan ia mengambil peran

Ia-pun sama denganku

Sama-sama merindu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun