Sungguh manajemen kementerian kesehatan yang tidak profesional, terutama mereka yang bekerja dilingkungan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Â yang dengan berbagai sebab tidak memberikan laporan yang akurat pada Menterinya.Â
Atau bisa jadi sang Menteri tidak ingin mendengarkan laporan anak buah yang dapat menyulitkan posisi menteri itu sendiri. Sehingga yang terjadi adalah teori "pembiaran", dan hasilnya terjadi _outbreak_ laporan kasus yang terkena virus corona, yang mungkin ingin disembunyikan. Indikasi _outbreak_ laporan itu sudah dimulai dengan pernyataan Walikota Depok, bahwa ada 50 orang warganya yang diduga terkena virus corona. Walaupun belum menyebutkannya secara detail.
Mungkin apakah karena diperintahkan Presiden Jokowi atau inisiatif sendiri, Menkes dr.Terawan langsung hari yang sama meluncur ke rumash sakit, dimana kedua pasien tersebut di isolasi.
Orang tersebut, yakni seorang ibu dan putrinya kini tengah dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof dr Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara.
Menteri Kesehatan Terawan tiba pada pada pukul 12.28 WIB dan irit bicara. Dari kunjungannya ke dua warga yang terkena corona, Terawan tampak tak sama sekali mengenakan masker. "Tunggu aku sebentar ngecek semuanya dulu. Sudah positif. Tapi tempatnya di mana kan aku mau ngecek," kata Terawan.
Banyak yang sependapat dengan apa yang dikatakan oleh anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengatakan ada tiga kemungkinan yang membuat belum ada kasus positif corona di dalam negeri.
"Pertama ada dugaan warga yang positif virus corona ini tidak terlaporkan."
"Kedua, apakah ini failed detection-nya, yang ketiga apakah ada ketidak mecingan antara standar WHO dengan program yang kita kembangkan di Indonesia," tutur Hermawan dalam sebuah diskusi di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (29/2/2020).
Hermawan menjelaskan Indonesia sudah memiliki instrumen yang memadai untuk mendeteksi keberadaan virus corona sampai tingkat kabupaten/kota. Didukung lagi Indonesia memiliki tenaga _surveillance_ "Artinya _human resources_ Â kita sebenarnya cukup melakukan _early detection_, melakukan kajian-kajian lapangan." "Bahasa kami istilahnya _health intelligence_," ungkap Hermawan.
Dari tiga kemungkinan tersebut, menurut Hermawan yang paling mungkin terjadi adalah *tidak terlaporkan nya masyarakat yang positif virus corona*.
"Sejauh ini teori tadi memungkinkan, underreporting ini ada, boleh jadi, ini masih praduga."