Mohon tunggu...
Chazali H Situmorang
Chazali H Situmorang Mohon Tunggu... Apoteker - Mantan Ketua DJSN 2011-2015.

Mantan Ketua DJSN 2011-2015. Dosen Kebijakan Publik FISIP UNAS; Direktur Social Security Development Institute, Ketua Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI).

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pukulan Telak buat Menkes

3 Maret 2020   02:41 Diperbarui: 3 Maret 2020   03:21 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tiga hari ini, kita menikmati drama di kalangan penyelenggara negara, gara-gara si corona, sang virus seksi yang membuat dunia terguncang. Nama lengkapnya Corona Virus Diseases-19 ( Covid-19).

Drama itu diawali, sikap pemerintah Indonesia yang disampaikan oleh Menkes dr.Terawan, bahwa Indonesia belum terjangkit virus corona, walaupun negara tetangga Singapura dan Malaysia sudah babak belur dan melakukan mitigasi terhadap penyebaran virus tersebut.

 Demikian juga tetangga kita Australia sudah melakukan langkah yang sama. Bahkan pejabat pemerintah Australia tidak percaya Indonesia bebas dari kunjungan wisata virus corona, mengingat begitu longgarnya orang asing terutama China untuk masuk ke Indonesia.  

Sampai ada yang mengatakan kepada saya bahwa China sangat bebas keluar masuk Indonesia seperti ingus anak kecil yang mudahnya keluar masuk hidung.  Kita tahu, khususnya Wuhan di China merupakan awal mulanya lahir dan berkembangnya si Corona tersebut.

Dalam suasana keraguan masyarakat Indonesia atas ketenangan dan keyakinan Menkes dr. Terawan bahwa Indonesia aman,  tiba-tiba Anies Gubernur DKI Jakarta,  menyebut bahwa di Jakarta ada beberapa orang yang tengah dicurigai mengidap penyakit corona.

"Selama satu bulan lebih, di DKI ini ada 115 orang yang ada pemantauan, dan 32 pasien yang dalam pengawasan. Ini semua mengikuti kriteria yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan " kata Anies di Jakarta kemarin.

"Saya mengajak kepada masyarakat tidak perlu panik tidak perlu berlebih dalam merespon. Kita semua harus bersiaga," papar Anies Baswedan di kantor Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Minggu (1/3/2020).

Masih menurut Anies Baswedan, selalu Gubernur DKI Jakarta, "Saya berharap kepada seluruh masyarakat untuk berkegiatan seperti biasa, tenang, dan jangan menyebarkan berita yang belum terkonfirmasi kebenarannya."

Anies mengungkapkan, warga dapat menghubungi layanan call center 112 untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang virus corona.

Anies  juga mengimbau warga untuk rutin mencuci tangan dan menggunakan masker jika sedang sakit terserang flu atau batuk. Tujuannya supaya tidak menulari yang lain.

"Saya mengajak kepada seluruh masyarakat untuk meningkatkan intensitas cuci tangan, lebih sering cuci tangan meskipun tidak merasa kotor. Itu pencegahan paling baik. Bila sedang batuk atau flu, maka gunakan masker," ungkap Anies.

Suatu ajakan yang simpatik, dan sangat rasional dalam situasi masyarakat yang sudah mulai ragu dengan apa yang disampaikan oleh penyelenggara negara.

Sebelumnya, Anies juga telah mengeluarkan Instruksi Gubernur tentang waspada terhadap risiko penularan infeksi Corona Virus Disease ( Covid-19).

Ingub Nomor 16 Tahun 2020 ini diteken oleh Anies pada Kamis (25/2/2020) lalu. Dalam ingub tersebut Anies menginstruksikan kepada seluruh jajaran dari para asisten, wali kota, bupati, dinas, camat, lurah, badan, biro, hingga kepala rumah sakit dan puskesmas untuk menyosialisasikan penyebaran virus ini.

Tapi apa kata Menkes Terawan?. Saat memberikan keterangan pers di Bandar Udara Internasional Kertajati, Majalengka, Terawan membantah pernyataan Anies tersebut. Apa yang dipaparkan Anies Baswedan tersebut menurut Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pernyataan Anies kurang tepat.

"Jadi, kurang tepat pernyataan itu. Karena hasil semua PCR sampai detik ini semua negatif. Kalau negatif artinya apa? Memang ndak ada. ", ujar Terawan. Pernyataan tersebut  intinya membantah apa yang dikatakan Anies. Dan hebatnya begitu meyakinkannya dr.Terawan melakukan bantahan untuk meyakinkan rakyatnya dan tentunya atasannya Presiden Jokowi.

Kita ingat kemampuan beliau meyakinkan Presiden Jokowi beberapa waktu yang lalu, bahwa ada solusi untuk menyelesaikan defisit BPJS Kesehatan, tetapi akhirnya menyerah dihadapan anggota Komisi IX DPR pada Rapat Dengar Pendapat yang khusus dilakukan membahas tentang kenaikan iuran BPJS Kesehatan.

Apa yang disampaikan Menkes dr.Terawan di bandara Internasional Kertajati Majalengka itu ( 1 Maret 2020), terpaksa ditelan kembali.

Menkes mendampingi Presiden Jokowi yang memberikan pernyataan mengejutkan. Jokowi menyebut ada dua WNI yang positif terjangkit virus Corona atau COVID-19 di Indonesia.

Jokowi menuturkan keduanya adalah seorang ibu dan putrinya yang kini dirawat di sebuah rumah sakit.

"Seorang ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun. Kami cek pada posisi yang sakit. Di cek dan tadi pagi saya mendapatkan laporan dari Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menuturkan dua orang tersebut terjangkit virus corona dari WNA asal Jepang yang sedang berkunjung ke Indonesia. Yang ironinya Menkes sendiri yang menyampaikan kepada Presiden Jokowi adanya warga yang terinfeksi virus corona tersebut,  ysng sehari sebelumnya sudah dia bantah atas temuan Gubernur Anies.

Sungguh manajemen kementerian kesehatan yang tidak profesional, terutama mereka yang bekerja dilingkungan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,  yang dengan berbagai sebab tidak memberikan laporan yang akurat pada Menterinya. 

Atau bisa jadi sang Menteri tidak ingin mendengarkan laporan anak buah yang dapat menyulitkan posisi menteri itu sendiri. Sehingga yang terjadi adalah teori "pembiaran", dan hasilnya terjadi _outbreak_ laporan kasus yang terkena virus corona, yang mungkin ingin disembunyikan. Indikasi _outbreak_ laporan itu sudah dimulai dengan pernyataan Walikota Depok, bahwa ada 50 orang warganya yang diduga terkena virus corona. Walaupun belum menyebutkannya secara detail.

Mungkin apakah karena diperintahkan Presiden Jokowi atau inisiatif sendiri, Menkes dr.Terawan langsung hari yang sama meluncur ke rumash sakit, dimana kedua pasien tersebut di isolasi.

Orang tersebut, yakni seorang ibu dan putrinya kini tengah dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof dr Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara.

Menteri Kesehatan Terawan tiba pada pada pukul 12.28 WIB dan irit bicara. Dari kunjungannya ke dua warga yang terkena corona, Terawan tampak tak sama sekali mengenakan masker. "Tunggu aku sebentar ngecek semuanya dulu. Sudah positif. Tapi tempatnya di mana kan aku mau ngecek," kata Terawan.

Banyak yang sependapat dengan apa yang dikatakan oleh anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengatakan ada tiga kemungkinan yang membuat belum ada kasus positif corona di dalam negeri.

"Pertama ada dugaan warga yang positif virus corona ini tidak terlaporkan."

"Kedua, apakah ini failed detection-nya, yang ketiga apakah ada ketidak mecingan antara standar WHO dengan program yang kita kembangkan di Indonesia," tutur Hermawan dalam sebuah diskusi di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (29/2/2020).

Hermawan menjelaskan Indonesia sudah memiliki instrumen yang memadai untuk mendeteksi keberadaan virus corona sampai tingkat kabupaten/kota. Didukung lagi Indonesia memiliki tenaga _surveillance_ "Artinya _human resources_  kita sebenarnya cukup melakukan _early detection_, melakukan kajian-kajian lapangan." "Bahasa kami istilahnya _health intelligence_," ungkap Hermawan.

Dari tiga kemungkinan tersebut, menurut Hermawan yang paling mungkin terjadi adalah *tidak terlaporkan nya masyarakat yang positif virus corona*.

"Sejauh ini teori tadi memungkinkan, underreporting ini ada, boleh jadi, ini masih praduga."

"Orang yang terinfeksi malah sampai meninggal dunia, cuman tidak pernah diperiksa atau memang keluarganya tidak merelakan untuk tidak diautopsi atau apa."

Tidak terlaporkan itu banyak sebabnya. Dan kalau diteliti lebih lanjut akan ketemu sebabnya. Apakah sebabnya di kepala atau di kaki, masih memerlukan kajian lebih lanjut.

Mungkin saja Menkes dr.Terawan terperangkap dalam situasi yang tidak terlaporkan tersebut.  Sehingga begitu gagahnya menyatakan Gubernur Anies kurang tepat, yang akhirnya menyudukan dirinya sendiri. Memangnya enak jadi Pejabat Negara.

Semoga Menkes dr.Terawan tetap tegar, dan dapat menyusun langkah-langkah kebijakan yang lebih strategis,  untuk ,mengatasi kemungkinan mewabahnya si virus Corona diseluruh wilayah. dan agar didorong dan difasilitasi kan pabrik Bio Farma di Bandung dapat menemukan vaksin anti virus tersebut. Karena Bio Farma selama ini juga banyak memproduksi  vaksin untuk kebutuhan dunia yang dimintakan oleh WHO.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun