Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Silaturahmi Ketapels di Awal Tahun, Belajar Membuat Video Instagram Reels

16 Januari 2023   10:30 Diperbarui: 16 Januari 2023   13:48 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para peserta silaturahmi Ketapels pada Minggu (15/1/2023) di Karang Tengah, Tangerang: foto dokpri

 

Daun salam penurun gula

Ramuan herbal warisan eyang

Salam hormat dari saya

Gadis manis asal Tangerang

 

Demikian pantun Ibu Erni Purwitosari yang disambut "cakeep" oleh para peserta. Salah satu keseruan yang mewarnai silaturahmi Ketapels, Minggu (15/1/2023) pagi hingga siang hari WIB.

Kegiatan pertama komunitas Kompasianer Tangerang Selatan yang sudah diperluas mencakup Tangerang dan sekitarnya di awal tahun  mengambil tempat di kediaman Ibu Asita DK, pensiunan Kompas, di Karang Tengah, Tangerang.

Rumah asri dari penulis sejumlah buku perjalanan, salah satunya, Saya Jatuh Cinta pada Flores dengan aneka tanaman hias di sejumlah sudut membuat "temu kangen" kian teduh. 

Saya dan Pak Rushan bisa berjabat tangan setelah lebih dari lima tahun tak bertemu muka. Kehadiran Ibu Agatha Mey yang sudah dibaptis sebagai "EO Ketapels" yang tak tergantikan disambut hangat para peserta kopi darat setelah sekian purnama hijrah ke Banyuwangi.

Pun menjadi kesempatan perdana bertemu offline dengan Ibu Erni, nahkoda baru Ketapels yang hobi bepergian dengan sepeda motor. Juga Pak Iswadi Suhari, konsultan Bank Dunia dan penulis Cintaku Setengah Agama yang sebelumnya hanya bisa diikuti dari potongan cerita singkat dan pesan pendek di grup WhatsApp.

Demikian memberi kesan tersendiri bisa bertemu lagi dengan wajah-wajah yang tak lagi asing. Pak Sutiono Gunadi yang rutin menulis sebagai resep menunda pikun, Buyang Ngesti yang tak bisa lepas dari urusan tanaman, Ibu Marla Lasappe dan Ibu Maya Siswadi yang selalu menebar senyum dan tawa, dan Derus yang menyebut dirinya sebagai "travel & lifestyle blogger."

Turut hadir Pak Yon Bayu yang selalu tajam menulis isu-isu politik tetapi sedang jatuh cinta pada bulu tangkis. Oh ya, pertemuan kami berbarengan dengan babak final Malaysia Open BWF World Tour Super 1000.

Saya bisa berbagi cerita singkat dengan Bang Dzul, demikian saya menyapa Dzulfikar Alala tentang kehidupan sebagai separuh konten kreator dan separuh pekerja kantoran. Melihat lagi senyum khas dan mendengar suara lembut Mas Agung Handoyo yang sedang menekuni video pendek.  

Sosok yang disebutkan terakhir itu mengambil peran ekstra kali ini. Informasi, pengalaman, dan keterampilan teknisnya membuat video singkat menjadi alasan tambahan kami berkumpul. Ya, Mas Agung Han berbagi inspirasi membuat video Instagram Reels.

Mas Kevin (baju hitam dan sepertinya sedang olah vokal hehe) mewakili Kompasiana: foto Agung Han
Mas Kevin (baju hitam dan sepertinya sedang olah vokal hehe) mewakili Kompasiana: foto Agung Han

Tip Video Instagram Reels

Pengguna internet dan media sosial di dunia umumnya dan Indonesia khususnya terus bertambah. Survei We Are Social Hootsuite, pengguna internet di Indonesia per Februari 2022 menyentuh 204,7 juta atau setara 73,7 persen dari populasi penduduk Indonesia.

Pengguna aktif medsos menyentuh 191 juta orang, naik 12,35 persen dari tahun sebelumnya. Berbarengan dengan itu, tren video pendek makin menggila.

Potongan video singkat sudah jamak ditemukan di berbagai lini media sosial dengan nama berbeda-beda, mulai dari YouTube Short, Facebook Reels, dan Instagram Reels. "Booming" TikTok ikut mengubah kecenderungan dari video panjang ke video singkat.

Mas Agung Han bercerita bagaimana kebutuhan video pendek yang makin meningkat dan sungguh bisa diandalkan untuk membuka keran rezeki. Ia banyak mendapat tawaran promosi hingga terpilih menjadi KOL salah satu BUMN di bidang transportasi.

Kompasianer of The Year 2019 itu membagi sejumlah tips membuat video pendek terutama untuk Instagram Reels.

Pertama, saat ini sudah tersedia berbagai aplikasi edit video yang bisa diundah secara gratis di semua jenis ponsel.

Salah satunya adalah CapCut. Sebagaimana produk besutan ByteDance Ltd menyebut diri sebagai "all-in-one online video editing," Mas Agung sungguh merasakan. Mudah digunakan. Fiturnya lengkap pula.

Tak kalah penting, "Watermark-nya bisa dihilangkan."

Namun demikian, untuk menghasilkan video yang menarik bisa dikombinasikan dengan aplikasi penunjang lainnya. Misalnya, aplikasi VN untuk menghasilkan teks animasi yang ciamik.

Kedua, video singkat tidak selalu dalam arti harafiah. Pendek tanpa isi. Ringkas tanpa cerita.

Sebuah video singkat pun bisa mengirim pesan yang kuat dan menyentuh. Pertama-tama, demikian Mas Agung, seorang kreator harus menyiapkan konsep yang menjadi bangunan besar dari video yang hendak digarap.

Konsep itu sangat membantu untuk memandu pengambilan video dan gambar hingga membentuk satu kesatuan yang terjalin secara harmonis.

Membuat video singkat dengan teknik story telling perlu memperhatikan sejumlah unsur. Memasukan rasa dalam setiap cerita.

Meski singkat, kisah itu dibangun dengan berpedoman pada rumus baku jurnalistik yakni 5W+1 H (What, Who, When, Why, Where, dan How). Memasukan berbagai unsur penting seperti suasana hingga objek yang mau ditonjolkan.

"Untuk menyoroti makanan misalnya bisa diambil dari celah-celah gelas. Bisa juga makanan itu digerakan atau kamera didekatkan," Mas Agung menekankan pengambilan objek dalam keadaan dinamis atau tidak diam.

Rasa itu bisa tercermin dalam intonasi suara dan pemilihan lagu atau musik. Keduanya harus sinkron. Misalnya, musik atau lagu dikecilkan untuk memberi porsi lebih pada suara latar (voice over).

Penting memasukan suara latar untuk memandu orang agar bisa mengikuti cerita hingga menangkap pesannya.

Bagaimana bila seseorang belum percaya diri untuk menampilkan suaranya? Atau suaranya dirasa tidak enak didengar?

 "Bisa dengan menambahkan tulisan untuk menjelaskan setiap momen penting."

Ketiga, untuk menghasilkan video singkat yang bagus jelas butuh pengorbanan. Perlu sabar dan teliti.

Semua itu diasah oleh waktu. Dengan rajin berlatih dan selalu mencoba hal-hal baru niscaya akan bertumbuh seiriang berjalannya waktu.

Mas Agung mengaku dirinya bisa sampai seperti ini karena mau belajar. Tidak malu bertanya pada orang yang lebih mahir. Selalu mengikuti akun-akun media sosial tertentu yang bisa diandalkan sebagai referensi belajar.

Perayaan tujuh tahun

Acara dikemas santai, khas pertemuan komunitas informal. Penuh canda-tawa. Diselingi kuis dan lomba membuat video pendek on the spot. Tak kalah seru obrolan ringan soal ayam bakar, bakso, es kelapa, hingga semangka dan pisang merah yang menemani kebersamaan kami.

"Makan satu buah pisang ini sama dengan makan dua buah pisang umumnya," begitu Ibu Mey memprovikasi yang membuat saya pun terpancing untuk mencoba satu. Apakah langsung bikin perut kenyang? hehee

Ada juga pembicaraan tentang resep hidup sehat dengan topik manfaat air ketumbar untuk mengatasi masalah pencernaan, menurunkan kadar gula darah, menjaga kesehatan jantung, melawan efek radikal bebas, hingga melawan infeksi yang terus berlanjut di grup berbagi pesan singkat.

"Buat nurunin tensi, ada nggak, Mba?" Tanya Mas Agung Han.

"Ada dong di nomor 3, menjaga kesehatan jantung," jawab Ibu Marla.

Pendekatan seperti itulah yang membuat keakraban di komunitas ini dan komunitas-komunitas sejenis lainnya tetap terjaga. Tali persaudaraan tetap terikat dengan tanpa memandang perbedaan agama, suku, profesi, dan sebagainya.

Tidak terasa Ketapels sudah berusia tujuh tahun. Kami merayakan dengan tiup lilin. Bu Ketu Erni membagikan potongan kue pada para peserta dimulai dari sejumlah sesepuh yang ikut membidani kelahiran komunitas ini.

Suasana tiup lilin HUT Ketapels yang ketujuh (maaf fotonya kurang jelas): dok Ketapels
Suasana tiup lilin HUT Ketapels yang ketujuh (maaf fotonya kurang jelas): dok Ketapels

"Bila ada anggota Ketapels yang punya hajatan silahkan mengirim undangan," pesan Ibu Erni di akhir kegiatan.

Hal semacam ini membuat Kompasiana itu lebih dari sekadar platform menulis. Komunitas Kompasiana seperti Ketapels adalah rumah yang membuat setiap orang selalu rindu untuk kembali persis seperti pantun karya Ibu Ketua Ketapels ini:

Terbang rendah burung kapasan

Mencari serangga di sawah orang

Kalau kamu suka jalan-jalan

Jangan lupa singgah di Tangerang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun