Demikian pertanyaan yang terlintas mengingat dua peristiwa itu terjadi dalam waktu berdekatan bahkan aromanya masih tercium hingga kini.
Bukankah rasa kecewa dan sakit hati sang pemain bukan tidak mungkin masih terbawa ketika ia berseragam Portugal?
Bayangan akan situasi kritis di klub bukannya bakal menemaninya ketika memasuki lapangan pertandingan yang mewah di Qatar?
Secara pribadi Ronaldo sudah mengumumkan ke publik melalui salah satu kicauan di akun Twitternya belum lama ini bahwa ia sedang fokus ke Piala Dunia.
Ia seperti ingin memaklumkan apa yang terjadi di Manchester tidak akan mengurangi perhatiannya untuk memimpin Portugal.
Ronaldo meski usianya mendekati kepala empat tidak terlihat mulai menyusut semangat dan ambisinya. Ia ingin mengakhiri kariernya di timnas tidak hanya dengan catatan sebagai pencetak gol terbanyak dalam sejarah tim nasional mana pun.
Juga ingin agar di Piala Dunia kelimanya ini, ia bisa merasakan pengalaman istimewa. Ya, naik podium juara dan mengangkat trofi Jules Rimet itu.
Bak gayung bersambut, pelatih Portugal, Fernando Santos dan rekan-rekan setim juga menaruh kepercayaan dan harapan besar pada CR7.
Pemilik 189 caps dan 117 gol itu masih akan dipercaya mengenakan ban kapten. Posisinya di lini serang pun sepertinya sulit digoyahkan meski Portugal memiliki cukup banyak opsi. Joao Felix, Rafael Leao, Ricardo Horta, Goncalo Ramos, dan Andre Silva.
Kehadiran Ronaldo jelas akan mengurangi menit bermain beberapa dari antara pemain yang lebih muda itu.
Santos masih mengandalkan kebesaran Ronaldo. Begitu juga rekan-rekan setim yang tidak pernah alpa memuji Ronaldo sebagai pemain terbaik di dunia di setiap konferensi pers.