Wujud kita hari ini tidak dibentuk dari kekosongan. Kita ditempa oleh masa lalu, masa kini, dan akan terus menjadi di masa depan. Lembaga pendidikan adalah salah satu agen penting dalam proses pembentukan kita.
Seperti apa kita hari ini dan di hari mendatang ditentukan pula oleh aspek pendidikan. Kita mengambil jalan (sekolah) sesuai pertimbangan dan orientasi pendidikan masing-masing.
Entah kemudian pendidikan yang kita ambil, baik mengantar kita ke gerbang tujuan yang dicita-citakan sejak semula atau justru melemparkan kita pada kehidupan berbeda.
Banyak pertanyaan tentang model lembaga pendidikan mengemuka menyusul kasus kekerasan yang berujung kematian di salah satu sekolah berasrama favorit beberapa waktu lalu.
Apakah model sekolah berasrama masih relevan dengan tuntutan zaman? Apakah sebaiknya menuntun generasi muda untuk menjalani pendidikan dan pembentukan di sekolah non-asrama?
Bila sekolah-sekolah berasrama dibubarkan, apakah model sekolah non-asrama akan menjamin kasus serupa tidak terjadi?
Lebih penting dari itu, apakah ada model sekolah yang lebih selaras dan mampu menjamin "output" berkualitas dengan menjalani proses yang jauh dari hal-hal yang tidak diinginkan?
Tak lupa mengirim empati mendalam kepada keluarga korban atau orang yang pernah "terluka" oleh kehidupan berasrama, saya tidak ingin masuk dalam polemik tersebut.
Masing-masing sekolah, entah berasrama atau tidak, memiliki standar, kondisi, dan protokol tersendiri. Semuanya dibangun untuk menyasar tujuan mulia, baik itu memanusiakan manusia, maupun mengantar para siswa atau formandi pada tujuan khusus tertentu.
Bila ada yang kurang atau keliru, masing-masing sekolah melakukan evaluasi. Hanya mereka yang tahu akan apa yang sesungguhnya terjadi. Terkadang ukuran yang dipakai oleh suatu sekolah berasrama tidak bisa dipakai untuk mengukur jenis sekolah yang sama di tempat lain.