Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kado Ulang Tahun Sandro Tonali dan Skenario Sederhana Milan Scudetto Serie A 2021/2022

9 Mei 2022   13:46 Diperbarui: 9 Mei 2022   13:51 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandro Tonali (kanan) merayakan gol bersama Leao dan Davide Calabria ke gawang Verona, Sabtu (8/5/2022) malam waktu setempat: AFP via Kompas.com

Para penggemar AC Milan sejagad tengah bersukacita. Kemenangan tim kesayangan atas Hellas Verona di pekan ke-36 Serie A 2021/2022, Senin (9/5/2022) dini hari WIB mendekatkan mereka dengan Scudetto yang telah dinanti 11 tahun lamanya.

Berstatus tim tamu, Rossoneri sukses memetik poin sempurna di Stadion Marcantonio Bentegodi berkat penampilan apik Sandro Tonali.

Tonali yang genap berusia 22 tahun beberapa jam sebelumnya menandai hari bahagianya dengan sepasang gol penting untuk melengkapi kemenangan 3-1.

Tonali didapuk sebagai "man of the match" di laga itu mencetak dwi gol krusial setelah timnya lebih dahulu tertinggal oleh gol Marco Davide Faraoni di menit ke-38.

Tonali mulai menandai titik balik Milan berkat gol pertamanya di menit ke-45+3.

Gol di penghujung paruh pertama itu tidak lepas dari skema serangan balik cepat yang dibangun. Rafael Leao yang melakukan penetrasi dari sisi kiri melepaskan umpan datar akurat yang disambut Tonali dengan sontekan mematikan.

Setelah keluar dari kamar ganti, Tonali kembali mencatatkan namanya di papan skor. Gol ini kembali terjadi dari skema "counter attact" dan peran penting Leao.

Full-back yang menjadi pemain pengganti, Alessandro Florenzi kemudian mengunci kemenangan tim tamu. Kerja sama dengan Junior Messias diselesaikan Florenzi dengan tendangan keras dari jarak dekat, tanpa bisa dicegah Lorenzo Montipo.

"Comeback" berbuah tiga angka dari laga tandang ini mengantar Milan kembali ke puncak Serie A. Selama beberapa waktu posisi teratas ditempati sang pesaing terdekat sekaligus rival sekota, Inter Milan.

Inter sempat mengkudeta Milan setelah memetik kemenangan 4-2 atas Empoli, Jumat (6/5/2022) waktu setempat.

Bagi Inter kemenangan tersebut memang membahagiakan. Namun, hasil positif ini didapat setelah gagal memaksimalkan laga tunda kontra Udinese di awal bulan. Kekalahan 1-2 itu membuat posisi Inter yang dijagokan banyak orang mulai goyah.

Milan berhasil mengatasi tekanan setelah Inter kembali ke posisi pertama. Armada Stefano Pioli ternyata bisa mengatasi perlawanan Verona yang kini berada di posisi kesembilan.

Milan saat ini mengemas 80 poin dari 36 laga, unggul dua angka dari Internazionale Milan.

Skenario Scudetto

Pioli dalam keterangannya usai pertandingan mengakui timnya kurang difavoritkan dibanding Inter. Karena itu, ia tetap merendah setelah memuncaki klasemen.

"Kami tidak dalam prediksi siapa pun (sebagai penantang gelar). Kami membawa pulang hasil kerja kami, yang bagaimanapun belum selesai," beber Pioli melansir Dailymail.co.uk.

Kemenangan ini menunjukkan semangat tim yang pantang menyerah. Dalam keadaan tertinggal mereka tak patah arang. Berkat kecemerlangan Tonali yang mendapat sokongan dari Leao, pemain yang terlihat semakin bersemangat setelah menerima kartu kuning, Milan berhasil mendapatkan momentum positif.

Kolaborasi Tonali dan Leao menjadi penyempurna skema serangan balik cepat yang dibangun dan terbukti berhasil.

Milan menunjukkan posisi inferior bisa dibalikkan dengan satu cara: kemenangan. Milan kini berada dalam posisi bagus untuk memberi tekanan balik kepada pesaing terdekat yang paling dijagokan itu.

Rupanya kata-kata penyemangat striker senior, Zlatan Ibrahimovic sebelum laga benar-benar membakar tim.

"Jka kami ingin mereka mengingat kami, kami memiliki tiga pertandingan (untuk menang)'. Sekarang kita punya dua," demikian Pioli mengutip pemain gaek asal Swedia itu.

Ya, Milan semakin mendekati tangga juara dengan dua laga sisa. Skenario paling gampang untuk mengunci Scudetto adalah sapu bersih. Enam poin dari dua laga yang bukan perkara mudah.

Milan akan menghadapi lawan-lawan yang tidak ringan. Atalanta dan Sassuolo akan menguji sejauh mana determinasi Milan sehingga layak berpesta di akhir musim.

Atalanta memang sedang dalam tren buruk. Dibanding musim sebelumnya, performa tim ini mengalami kemunduran signifikan. Dari pesaing di papan atas, kini Atalanta tercecer di posisi ketujuh, di belakang AS Roma dan Lazio di lima besar.

Namun, Atalanta butuh dua kemenangan terakhir untuk menjaga harapan mereka kembali tampil di pentas Eropa, walau hanya di pentas Liga Europa yang mensyaratkan finis di posisi kelima.

Atau paling tidak tetap berlaga di kancah Eropa tetapi di kompetisi kasta ketiga, UEFA Europa Conference League yang jatah saat ini ditempati AS Roma.

Sassuolo bukan tim yang mudah ditumbangkan. Tim peringkat ke-11 itu juga butuh poin agar bisa finis di 10 besar. Sassuolo memiliki lini serang yang menakutkan dengan Giovanni Simeone sebagai ujung tombak.

Sementara itu, Inter akan terus berupaya meraih hasil maksimal saat menghadapi Cagliari dan Sampdoria. Sebelum menghadapi Cagliari pada awal pekan depan, (16/5), Inter akan diganggun agenda final Piala Italia menghadapi Juventus.

Bagi Inter, pertandingan final itu bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, bila berakhir klimaks maka akan menjadi penyemangat bagi dua laga sisa.

Di sisi berbeda, justru bisa memberikan pengaruh buruk seandainya hasilnya negatif.

Bila sampai Juventus keluar sebagai pemenang, maka Inter akan mengalami kehilangan ganda. Emosi tergerus karena gagal menang dan fisik pun ikut tersedot oleh laga yang sungguh menguras tenaga itu.

Sementara Milan, hanya fokus di Serie A dan memiliki waktu istirahat yang panjang untuk mempersiapkan diri menghadapi Atalanta pada Minggu (15/5/2022) nanti.

Walau demikian, hasil di lapangan pertandingan tetap sulit diprediksi. Bagaimana bila Milan tersandung di salah satu laga sementara Inter sukses sapu bersih?

Bila sekali imbang dan sekali menang misalnya, maka Milan tetap berhak sebagai pemenang. Cukup empat poin saja Milan tetap melenggang ke podium juara walau situasi seperti itu poin akhir kedua tim sama banyak: 84.

Seperti kita tahu, ada enam indikator perhitungan posisi di klasemen. Mulai dari poin, head-to-head poin, head-to head selisih gol, selisih gol, jumlah gol dicetak, dan undian.

Seandainya variabel pertama imbang, Milan memiliki keunggulan pada variabel kedua yakni head-to-head poin dengan Inter.

Alasannya sederhana. Kita bisa membuka kembali lembaran pertemuan kedua tim di musim ini. Dari dua kali pertemuan, Milan sekali menang (dengan skor 2-1) dan sekali seri (skor 1-1). Jadi jelas, variabel kedua akan memenangkan Milan.

Apakah musim ini menjadi milik Milan, atau bakal berakhir dengan dua tim memiliki koleksi poin identik dan Inter akan menyesali kegagalan mereka saat bertemu tim sekota itu?

Atau justru sebaliknya, Milan membuang peluang emas untuk kembali merasakan manisnya Scudetto setelah lebih dari satu dekade berjuang dan berharap?

Kita lihat saja, kemana nasib membawa kedua tim semarkas itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun