Jojo kemudian berbalik unggul 12-11. Namun, perjuangan Jojo belum berakhir. Li masih terus berjuang mengejar. Skor sempat sama kuat, 13-13. Selanjutnya, Jojo berhasil menunjukkan kedidgadayaannya. Kendali permainan kembali berpindah ke tangannya.
Jojo memimpin 16-13 dan 18-13. Sempat kehilangan satu angka, smes keras Jojo yang tak bisa dikembalikan dengan sempurna akhirnya menutup pertarungan satu jam dan 22 menit dengan skor 21-14 18-21 21-14.
Makna kemenangan
Kemenangan ini memberikan banyak arti bagi Indonesia. Selain mengakhiri puasa gelar nyaris dua dekade, memperpanjang daftar gelar juara menjadi 14, dan menegaskan status unggulan pertama tak hanya di atas kertas, pencapaian ini ditutup dengan strategi visioner tim Indonesia.
Mengacu pada daftar pemain yang diturunkan, Indonesia tidak diperkuat pemain dengan usia 30 tahun atau lebih. Tidak ada nama duo pemain ganda senior, Ahsan dan Hendra. Begitu juga tanpa Marcus Gideon yang sudah menginjak usia kepala tiga.
Yang bertarung di partai final adalah para pemain muda dengan Vito sebagai pemain paling tua usianya. Bermaterikan pemain dengan usia di bawah 28 tahun, tim putra Indonesia bisa mengalahkan China yang tampil dengan materi pemain muda dan pasangan baru hasil bongkar-pasang.
Hal ini menunjukkan bahwa para pemain muda Indonesia sudah semakin matang. Ginting dan Jojo kian bertambah jam terbangnya sebagai pemain papan atas dunia.
Selain itu, kehadiran Kevin/Daniel memberikan isyarat tersendiri. Setelah era Minions berakhir dengan pensiunnya Marcus nanti, Indonesia sudah memiliki penerus dalam diri Kevin dan Daniel. Bukan tidak mungkin, Kevin dan Daniel akan menjadi Minions baru. Sayangnya, penantian para penggemar untuk melihat debut keduanya tak terwujud.
Namun, sebelum melihat Kevin/Daniel berpasangan secara tetap entah kapan waktunya, Indonesia sudah memiliki penerus Minions dalam diri Fajar/Rian. Penampilan Fajri di laga final begitu memukau. Mereka seperti berada di periode terbaik Minions.
Terima kasih tim Thomas Indonesia!