Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Terima Kasih Para Pangeran Merah-Putih! Setelah 19 Tahun, Piala Thomas Kembali ke Tanah Air

17 Oktober 2021   22:31 Diperbarui: 18 Oktober 2021   08:14 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hendra Setiawan, kapten tim Indonesia mengangkat trofi yang sudah dirindukan nyaris dua dekade: https://twitter.com/bulutangkisINA

Hasil buruk menghadapi Viktor Axelsen dan penampilan yang belum konsisten adalah alarm bahwa segala sesuatu bisa terjadi di lapangan pertandingan.

Di partai final, Ginting menghadapi Lu Guang Zhu. China rupanya melakukan penyesuaian formasi dengan menempatkan pemain 24 tahun itu di partai pembuka.

Ginting dan Lu sudah dua kali bertemu. Japan Open 2019 menjadi pertemuan terakhir sebelum partai final ini. Saat itu, Ginting menang straight set, 22-20 21-16, sekaligus menjaga catatan sempurna.

Ginting yang lebih diunggulkan tertinggal sejak awal pertandingan. Atlet kelahiran Cimahi, Jawa Barat, berusaha menyamakan kedudukan 17-17. Namun, beberapa kesalahan yang dibuat pemain 24 tahun itu membuat set pertama menjadi milik Lu.

Ginting bangkit di dua gim berikutnya. Memimpin 8-3 di gim kedua, lalu 13-6. Jarak poin di antara kedua pemain begitu jauh. Tidak mudah bagi Lu untuk mengejar ketertinggalan. Sementara Ginting terus menjaga ketenangan dan fokus hingga mampu membuat pertandingan berlanjut ke gim ketiga.

Di gim penentuan, Ginting tampaknya tidak mau ambil risiko untuk memberi kesempatan kepada lawannya. Sejak awal, Ginting langung tancap gas. Memimpin 5-1, berlanjut 8-2, dan hanya memberi lawannya tambahan dua poin hingga interval pertama.

Ginting terus menjaga keunggulan. Selisih poin semakin lebar. Dalam kedudukan 19-11, Ginting memperagakan ketangkasannya dalam menyambar kok di depan net. Ginting akhirnya bisa merebut kemenangan rubber game, 18-21 21-14 21-16 dalam waktu satu jam dan 17 menit.

Fajar/Rian spektakuler

Kedua, China juga memberi kepercayaan kepada para pemain muda di sektor ganda. He Ji Ting/Zhou Hao Dong menjadi ganda pertama. Pasangan yang masih berada di peringkat 1159 itu bersua Fajri, sapaan Fajar/Rian.

Di atas kertas, Fajri jelas unggul. Pasangan berperingkat tujuh BWF itu sepertinya bukan tandingan bagi pasangan baru China. Ditambah lagi, menjadi penentu lolosnya Indonesia ke final dengan mengalahkan pasangan baru Denmark, 21-14 dan 21-14, membuat kepercayaan diri mereka semakin bertambah.

Hanya saja, Fajri tidak bisa jemawa. Performa lawannya cukup meyakinkan di turnamen beregu ini. Hal ini ditunjukkan dengan cukup konsisten hingga mengalahkan Takuro Hoki/Yuta Watanabe, 21-17 7-21 21-16, di semifinal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun