Bila banyak negara tidak akan mendapat manfaat langsung dari Piala Dunia dua tahunan, lantas apa yang mendorong mereka untuk bersuara lantang?
Keempat, bila Piala Dunia jadi digelar setiap dua tahun, maka banyak hal harus dipikirkan ulang dan disusun kembali. Penyesuaian mulai dari tingkat kompetisi domestik hingga agenda internasional.
Apakah penyesuaian itu akan membuat tatanan baru yang lebih teratur atau justru membuat banyak hal menjadi tidak jelas?
Wenger mengatakan bahwa penggemar bosan menyaksikan pertandingan tidak seimbang misalnya antara Inggris menghadapi Andorra. Tim-tim tertentu akan menjadikan lawan-lawan yang lemah sebagai lumbung gol.
Hal ini tentu benar adanya. Namun, bagaimana menghindari terjadinya pertemuan tersebut? Apakah mungkin membuat skema kualifikasi untuk mempertemukan sesama tim kuat, atau mengumpulkan tim lemah dalam kelompok tersendiri?
Ide yang dicetus Saudi Arabia tidak lepas dari uang. Seperti kita tahu, negara ini menjadi sponsor utama penyelenggaraan Piala Dunia Antarklub. Apakah dengan ini, FIFA pun ingin menjadikan Arab Saudi sebagai sumber keuangan baru?
Akhirnya, di balik motivasi luhur penyelenggaraan Piala Dunia dua tahunan untuk kesehatan fisik dan mental pemain tersembunyi agenda tertentu.
Maksud menghadirkan tontonan yang lebih berkualitas, dan memperluas tingkat partisipasi, Â tak bisa menyembunyikan aroma fulus dan penguasaan terhadap industri yang menjadi salah satu lumbung uang.
Bila Anda dimintai pendapat, apakah Anda akan berkata ya atau tidak pada proposal terbaru ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H