Sepak bola Jerman berduka. Dunia pun ikut larut di dalamnya. Salah satu pesepak bola terbaik baru saja berpulang. Gerhard "Gerd" Muller baru saja tutup usia, Minggu (15/8/2021).
Sosok yang lekat dengan julukan "Der Bomber" itu meninggal di usia 75 tahun. Sepanjang hidupnya ia sudah mendedikasikan dirinya untuk sepak bola Jerman dan Bayern Muenchen. Di kedua tim itu ia diakui sebagai salah satu striker terbaik dalam sejarah.
Kepergian Muller diumumkan oleh Bayern Muenchen, klub yang dibelanya sejak 1964-1979. FC Hollywood dengan penuh emosional menulis demikian. "Hari ini dunia FC Bayern berdiri diam. Rekor juara Jerman sepanjang masa dan seluruh basis penggemarnya berduka atas Gerd Muller, yang meninggal pada Minggu pagi di usia 75 tahun."
Bisa diduga kabar duka itu secepat kilat menjalar ke segala penjuru dunia. Simpati dan ungkapan dukacita pun mengalir dari mana-mana. Membanjiri lini sosial media dan diwartakan oleh media-media online.
Tidak hanya klub-klub yang pernah punya pengalaman dengan Muller yang angkat bicara. Para pemain, pelatih, dan berbagai komunitas sepak bola pun mengumumkan.
"DFB berduka atas meninggalnya salah satu pesepak bola terbesar Jerman sepanjang masa," demikian kicauan Asosiasi Sepakbola Jerman di twitter.
Tim nasional sepak bola Australia memposting di Twitter: "Kami sedih mendengar meninggalnya legenda sepak bola, Gerd Muller. Merupakan suatu kehormatan untuk melawan dia dan skuad Jerman Barat yang luar biasa tahun 1974. Istirahatlah dengan Damai."
Gol terbanyak
Bagi generasi yang lahir belakangan, postingan Pep Guardiola sekiranya sedikit banyak menggambarkan siapa Gerd Muller.
Guardiola yang pernah menangani Barcelona dan Bayern Muenchen menyebut Gerd sebagai striker terbaik dalam sejarah sepak bola.
"Legenda sejati tidak hanya untuk Bayern dan Jerman tetapi juga untuk sepak bola. Striker terbaik dalam sejarah..."
Seperti pernyataan juru taktik Manchester City saat ini, Gerd yang dijuluki "Der Bomber" dianggap sebagai salah satu penyerang terhebat yang pernah ada. Ia membantu Jerman Barat waktu itu, menjuarai Piala Dunia 1974 dan Euro 1972. Di Piala Dunia 1945, Gerd menjadi kunci. Ia mencetak gol penentu saat menghadapi Belanda dalam duel sengit yang berkesudahan dengan kemenangan 2-1.
Menukil Dailymail.co.uk, Gerd juga menduduki posisi pertama dan hingga kini belum tergusur dari puncak daftar pencetak gol terbanyak Bayern Muenchen.
Ia menorehkan 552 gol dalam 607 penampilan. Sebagian besar kariernya dihabiskan bersama FC Hollywood. Sebagian besar gol tercipta saat bermain untuk Die Roten. Sepanjang menjadi pemain profesional, Gerd mengukir 718 gol dalam 780 penampilan berseragam klub dan tim nasional.
Bersama Beckenbauer
Gerd lahir di Bavaria pada November 1945. Ia mengawali kariernya di Tom Local Nordlingen. Di klub itu ia mencetak 51 gol dalam 31 laga. Catatan impresif itu diukir sejak 1962 hingga 1964.
Penampilannya yang ciamik membuat Muenchen tak bisa tidak tertarik. Ia pun diboyong Die Roten dengan mahar sebesar 2.300 poundsterling. Angka tersebut untuk ukuran 57 tahun lalu sungguh besar dan berarti.
Bergabung dengan Muenchen di tahun 1964 menjadi awal dari kecemerlangan dan popularitasnya. Ia bergabung dengan tim yang juga dihuni legenda besar Jerman lainnya, Franz Beckenbauer.
Kehadiran para pemain hebat seperti Gerd sungguh terlihat pengaruhnya. Tak butuh waktu lama, Muenchen pun dipromosikan ke papan atas Jerman. Itu terjadi di musim pertama Gerd.
Torehan 33 gol yang disumbangkan Gerd adalah awal untuk hari-hari besar selanjutnya. Ia ikut andil bagi raihan empat trofi Bundesliga dan tiga gelar Eropa.
Musim 1972/1973 menjadi tonggak bersejarah bagi Gerd. Itu adalah musim terbaiknya. Betapa tidak. Ia mampu melesatkan 66 gol di semua kompetisi.
Tahun 1972 ia mengemas lebih banyak gol. Sebanyak 85 gol menempatkannya sebagai striker paling subur sepanjang sejarah klub itu. Torehan golnya hampir dua kali lipat pemain lain.
Tidak hanya sukses di level klub. Kehebatannya pun ditunjukkan bersama tim nasional. Kemudian ia pun dikenal sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Jerman dengan 68 gol.Â
Rekor itu baru terpecahkan jauh kemudian melalui Miroslav Klose yang melesatkan total 71 gol sebelum pensiun. Bayangkan, butuh 32 tahun untuk memecahkan rekor gol itu.
Kehilangan besar
Kebergian Gerd jelas sebuah kehilangan. Kehebatan dan rekor-rekor yang ia ciptakan akan selalu dikenang. Jejak langkahnya akan senantiasa terpatri. Tidak hanya dalam sejarah klub dan negara, tetapi juga hidup dalam pemain-pemain yang lahir kemudian.
Bahkan hingga hari ini namanya masih selalu disebut-sebut. Gerd tak pernah luput ketika orang berbicara tentang Muenchen dan Jerman. Sebelum generasi muda, yang lahir dan besar jauh setelah masa keemasan Gerd, mengelu-elukan kehebatan Muenchen dan Jerman, Gerd sudah menorehkannya lebih dulu.
Presiden Bayern Herbert Hainer mengatakan hari kematian Gerd adalah hari yang menyedihkan dan kelam, tidak hanya bagi klub tetapi juga para penggemarnya.
"Gerd Muller adalah striker terhebat yang pernah ada dan orang yang baik, kepribadian di dunia sepak bola," Hainer menambahkan.
Hainer mengakui jasa besar Gerd bagi klub. "Tanpa Gerd Muller, FC Bayern tidak akan menjadi klub yang kita semua cintai saat ini. Namanya dan ingatannya akan hidup selamanya."
Hainer tidak sedang berbasa-basi. Teman dekat Gerd, sesama pemain hebat, Beckenbauer pun mengakuinya. Beckenbauer dengan tegas mengatakan "Segala sesuatu yang menjadi Bayern adalah karena Gerd Mueller dan gol-golnya."
Kepala eksekutif Bayern, Oliver Kahn pun demikian. "Dia adalah salah satu legenda terbesar dalam sejarah FC Bayern, prestasinya tak tertandingi sampai hari ini dan akan selamanya menjadi bagian dari sejarah besar FC Bayern dan semua sepak bola Jerman."
Menderita Alzheimer
Gerd meninggalkan Bayern pada 1979. Ia hijrah ke Amerika, memperkuat Fort Lauderdale Strikers. Dua tahun ia bermain untuk klub berbasis di Miami itu. Di sana ia sempat bermain bersama legenda Manchester United, George Best.
Tiga tahun di Amerika Serikat, pencapaian terbaik Gerd adalah membawa klub itu ke final liga. Walau tidak sampai mencapai podium juara, Gerd sudah mengangkat nama klub dan membuat para penggemarnya bangga.
Selepas menjadi pemain bola, Gerd menyalurkan pengalaman dan talentanya kepada para pemain muda Muenchen. Ia menjadi pelatih tim kedua sebelum didiagnosis menderita penyakit Alzheimer pada 2015.
Sebelum itu, Gerd juga kecanduan alkohol. Ia menderita alkoholisme menjelang gantung sepatu pada 1982. Alkohol itu pula yang membuatnya jatuh ke dalam masalah keuangan.
Sejumlah rekannya seperti Karl-Heinz Rummenigge, Uli Hoeness dan Beckenbauer membantunya masuk ke panti rehabilitasi. Setelah itu ia memulai lembaran baru menjadi pelatih para pemain muda Muenchen sejak 1991.
Sejak didiagnosis Alzheimer, Gerd dirawat oleh sang istri, Uschi. Wanita yang kini sudah berusia lebih dari 50 tahun itu setia merawat Gerd di sebuah panti jompo di Bavaria.
"Dia hampir tidak makan apa-apa, hampir tidak bisa menelan, berbaring di tempat tidur selama hampir 24 jam, dan hanya beberapa saat terjaga," Uschi memberikan kesaksian tentang suaminya pada November lalu.
Sang istri mengakui Gerd adalah sosok pejuang dan pemberani. Sepanjang hidupnya, termasuk saat berada dalam situasi krisis dan kritis.
"Dia selalu menjadi pejuang, selalu berani, sepanjang hidupnya. Dia sekarang juga. Gerd tidur menjelang akhir. Dia memejamkan mata, tertidur, hanya jarang membuka mulutnya, dan diberi makanan bubur."
Gerd tidak hanya meninggalkan Uschi, tetapi juga putri mereka, Nicole. Tidak hanya itu. Gerd juga meninggalkan kita semua. Namun namanya akan selalu dikenang. Sampai kapan pun.
Selamat jalan Gerd Muller!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H