"Gerd Muller adalah striker terhebat yang pernah ada dan orang yang baik, kepribadian di dunia sepak bola," Hainer menambahkan.
Hainer mengakui jasa besar Gerd bagi klub. "Tanpa Gerd Muller, FC Bayern tidak akan menjadi klub yang kita semua cintai saat ini. Namanya dan ingatannya akan hidup selamanya."
Hainer tidak sedang berbasa-basi. Teman dekat Gerd, sesama pemain hebat, Beckenbauer pun mengakuinya. Beckenbauer dengan tegas mengatakan "Segala sesuatu yang menjadi Bayern adalah karena Gerd Mueller dan gol-golnya."
Kepala eksekutif Bayern, Oliver Kahn pun demikian. "Dia adalah salah satu legenda terbesar dalam sejarah FC Bayern, prestasinya tak tertandingi sampai hari ini dan akan selamanya menjadi bagian dari sejarah besar FC Bayern dan semua sepak bola Jerman."
Menderita Alzheimer
Gerd meninggalkan Bayern pada 1979. Ia hijrah ke Amerika, memperkuat Fort Lauderdale Strikers. Dua tahun ia bermain untuk klub berbasis di Miami itu. Di sana ia sempat bermain bersama legenda Manchester United, George Best.
Tiga tahun di Amerika Serikat, pencapaian terbaik Gerd adalah membawa klub itu ke final liga. Walau tidak sampai mencapai podium juara, Gerd sudah mengangkat nama klub dan membuat para penggemarnya bangga.
Selepas menjadi pemain bola, Gerd menyalurkan pengalaman dan talentanya kepada para pemain muda Muenchen. Ia menjadi pelatih tim kedua sebelum didiagnosis menderita penyakit Alzheimer pada 2015.
Sebelum itu, Gerd juga kecanduan alkohol. Ia menderita alkoholisme menjelang gantung sepatu pada 1982. Alkohol itu pula yang membuatnya jatuh ke dalam masalah keuangan.
Sejumlah rekannya seperti Karl-Heinz Rummenigge, Uli Hoeness dan Beckenbauer membantunya masuk ke panti rehabilitasi. Setelah itu ia memulai lembaran baru menjadi pelatih para pemain muda Muenchen sejak 1991.
Sejak didiagnosis Alzheimer, Gerd dirawat oleh sang istri, Uschi. Wanita yang kini sudah berusia lebih dari 50 tahun itu setia merawat Gerd di sebuah panti jompo di Bavaria.