Meski tampil dengan gaya bicaranya yang khas, Jokowi tetap memberikan tekanan pada poin-poin penting. Ia meyakinkan sekaligus mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menyambut pesta olahraga antarbangsa Asia ini. Ia ingin demam Asian Games tidak hanya dirasakan oleh sebagian orang dan diwujudkan di tempat-tempat tertentu saja. Seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote harus juga tersengat virus Asian Games.
"Jangan kalah dengan pergelaran sebelum-sebelumnya," tandasnya.
Bila sudah demikian, maka perhelatan Asian Games menuntut prestasi. Presiden ketujuh itu meminta agar Indonesia tidak hanya sukses dalam penyelenggaraan, tetapi juga sukses dalam prestasi. Alasannya sederhana, tetapi logis. Kita adalah bangsa besar. Dengan penduduk yang kini menginjak angka 261 juta jiwa tersebar di 17 ribu pulau lebih dari cukup untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Apalagi Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, di belakang China, India, dan Amerika Serikat.
"Semoga bisa masuk 10 besar. Kita ini bangsa besar, jangan sampe 10 besar nggak masuk. Mau ditaruh di mana muka kita," ungkapnya disambut tepuk tangan hadirin.
Malas gerak
Jokowi tidak hanya berbicara tentang Asian Games sebagai kompetisi semata. Menurutnya banyak cara yang bisa dilakukan masyarakat untuk memaknai perhelatan akbar tingkat Asia yang kembali mensambangi tanah air setelah menanti selama 56 tahun. Asian Games ini diharapkan membuat masyarakat Indonesia semakin mencintai olahraga.
Banyak cara sederhana yang bisa dilakukan. Jokowi membuka dengan mengkritik perilaku masyarakat kita. Menurutnya, bangsa Indonesia adalah bangsa yang malas bergerak. Untuk hal ini kita punya istilah kekinian yakni "mager." Kita lebih suka menggunakan kendaraan pribadi ketimbang berjalan kaki. Jangankan ke tempat-tempat yang jauh, untuk ke pusat perbelanjaan saja kita cenderung mencari tempat parkir terdekat.
"Mau ke mall parkirnya di tempat terdekat. Kita pengen jalan sependek mungkin," sindir Jokowi.
Berkaca dari pengalamannya, jalan kaki itu sehat. Saat blusukan dan berkeliling ke pelosok negeri, ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan berjalan kaki. Apalagi ke daerah-daerah dengan akses transportasi terbatas menuntutnya untuk tidak bisa tidak berjalan kaki.