Tidak hanya berjalan kaki di pagi hari. Ia juga pernah mencoba jalan kaki pada siang hari. "Keringat dari ujung kepala hingga ujung kaki," ungkapnya disambut derai tawa. Tetapi, lanjutnya, "membuat sehat. Segar."
Pentingnya jalan kaki khususnya dan olahraga umumnya menginspirasi munculnya gerakan "Jalan Terus Indonesia." Menurut Richard Sambera, atlet renang nasional yang turut menginisiasi gerakan ini, di satu sisi gerakan ini muncul sebagai bagian dari upaya mendemamkan Asian Games. Di sisi lain, menjadi bentuk ajakan bagi masyarakat luas untuk semakin membudayakan olahraga di tanah air.
Michael yang juga inisiator gerakan ini membenarkan pernyataan Jokowi. Dari hasil survei di 46 negara, Indonesia berada di urutan terakhir sebagai bangsa dengan kebiasaan berjalan kaki terendah. Masyarakat Indonesia rata-rata hanya berjalan 3600 langkah per hari.Â
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Stanford Universityyang dimuat di The New York Post pada tahun lalu. Dalam artikel berjudul "This Country Has The Laziest People in Planet" menempatkan Indonesia sebagai bangsa termalas di dunia.
Penelitian yang dilakukan dengan memperhatikan pergerakan dari smartphone responden, dari 700.000 sampling di 111 negara, rata-rata orang Indonesia hanya berjalan 3.513 langkah, atau sekitar 2400 meter per hari. Dibandingkan dengan negara lain seperti China misalnya, Indonesia tertinggal jauh. Orang China rerata berjalan sebanyak 6.189 langkah, atau dua kali lipat dari Indonesia.
Tidak ada gunanya bila penyelenggaraan Asian Games di tanah air hanya berujung pembangunan infrastruktur mentereng, dan puja-puji sebagai tuan rumah yang sukses. Terpenting adalah Asian Games membuat masyarakat Indonesia semakin mencintai olahraga dan menjadikannya sebagai bagian dari gaya hidup.
Bila olahraga sudah menjadi bagian dari kesehariaan kita maka mengharapkan prestasi di lapangan bukan sesuatu yang sulit. Prestasi adalah soal proses yang diawali dari diri sendiri dan dibentuk dari hal-hal sederhana.
Jokowi telah menyentil kita sebagai bangsa besar yang seharusnya besar pula dalam prestasi olahraga. Namun akan sulit berprestasi bila olahraga belum menjadi bagian dari keseharian kita. Sekiranya Asian Games menjadi momentum perubahan dalam gaya hidup kita. Sekaligus kesempatan terdekat untuk menunjukkan kita tidak hanya banyak dalam jumlah tetapi juga kualitas. Semoga energi Asia-yang menjadi moto Asian Games ke-18- yang dipancarkan Jokowi dari Istana Bogor memacu semangat dan menghanguskan kemalasan kita!