“Tujuan dibentuknya badan ini adalah agar satu destinasi dikelola hanya satu manajemen, sehingga pembangunan dan pengembangannya bisa terkoordinasi dan lebih efektif,” ungkap Arief dikutip dari beritasatu.com,29 Januari 2016.
Pembentukan badan otoritas ini bertanggung jawabuntuk membangun infrastruktur dan menarik investasi di kawasan tersebut. Namun kerja Badan Otoritas ini harus dipetakan secara jelas, transparan dan terukur.
Bukan rahasia lagi, beberapa wilayah potensial pariwisata di Flores sudah berada di tangan para investor. Bahkan beberapa lagi masih menjadi polemik terkait kepemilikannya. Labuan Bajo dengan segala keindahannya menjadi contoh. Jangan sampai harta kekayaan Flores jatuh ke tangan segelintir orang dan dikeruk untuk kepentingan primordial.
Pemerintah boleh saja bergerak dengan rancang bangun fenomenal. Namun, hal itu tak akan banyak berarti bila tak didukung oleh masyarakat setempat. Justru masyarakat setempat mesti menjadi penggerak utama untuk menggerakkan sektor pariwisata setempat. Bukankah sasaran pengembangan sektor pariwisata tak hanya untuk mendatangkan devisa, tetapi juga bermuara pada kesejahteraan masyarakat lokal?
Maka peran penting masyarakat tak bisa ditepis. Masyarakat Flores harus diberdayakan sehingga cakap memanfaatkan momentum kehadiran para wisatawan dan mendapatkan nilai lebih dari sektor pariwisata untuk meningkatkan taraf hidupnya. Masyarakat Flores harus hadir di sentra-sentra pariwisata dan benar-benar menjadi tuan di tanahnya sendiri.
Sentra-sentra kerajinan dan kesenian yang tersebar hampir di semua wilayah di Flores perlu distumulus dan didorong agar mampu berproduksi secara maksimal. Flores memiliki kekayaan tenun ikat hampir di semua wilayah. Ada pula tembikar di Sikka, pertunjukan tarian hedung di Sikka, atau tarian Caci di Manggarai, bisa dikelola secara profesional. Kekhasan tersebut perlu menjadi kekayaan masyarakat lokal. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) perlu digalakkan dengan menyasar kekhasan-kekhasan tersebut menjadi keunggulan dan kekayaan setempat.
Keragaman makanan dan minuman pun setali tiga uang. Keripik ubi Nuabosi di Ende, jagung titi (jagung yang dipipihkan) dan kue rambut di Larantuka, Rebok (penganan campuran kelapa parut dan tepung beras) di Manggarai misalnya, bisa dikemas dan dijual.
Selain itu, Flores memiliki hasil laut yang melimpah. Aneka ikan mentah maupun kering dari Maumere sudah terkenal kesegaran dan kelezatannya, tinggal dimaksimalkan aspek pengemasan dan penjualannya.
Di pusat-pusat objek wisata masyarakat lokal bisa diajarkan bagaiman membangun komunikasi yang baik dengan para wisatawan. Selain membuat mereka nyaman dan betah, juga memungkinkan para pembawa devisa itu tertarik dengan souvenir, dan jualan masyarakat.