Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tour de Flores 2016, Sport Tourism dan Tiongkok

23 Mei 2016   16:03 Diperbarui: 23 Mei 2016   20:14 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut Taman Nasional Komodo/sumber gambar @InfoJakarta

Rute pendakian bisa dimulai dari Watumeze atau dengan bantuan para pemandu lokal. Di puncak Inerie kita bisa menikmati keindahan Kota Bajawa yang terletak pada ceruk pegunungan secara jelas.  Tak hanya itu, wajah asli Kabupaten Ngada yang berbukit-bukit mendapatkan pembenaran. Nun di selatan gunung indah itu keindahan Laut Sawu bisa dinikmati pula.

Di kaki gunung Inerie kita masih mendapatkan bonus kultural yang bernama Kampung Bena. Ya, sebuah perkampungan adat yang masih terpelihara di tengah derasnya arus pembangunan. Sekitar 40 buah rumah adat yang berdiri saling berhadap-hadapan memanjang dari utara ke selatan.

Kampung adat Bena/sumber gambar @AmayraniPalaci
Kampung adat Bena/sumber gambar @AmayraniPalaci
Sisi utara menjadi pintu masuk satu-satunya. Deretan rumah adat yang beratapkan ilalang dengan segenap atribut sarat makna. Patung pria yang tengah memegang parang dan lembing terlihat di salah satu sudut. Orang Bajawa menyebutnya Sakaboloyakni rumah inti keluarga laki-laki.

Di teras rumah, tanduk kerbau, rahang dan taring babi dipajang berderet di jenang rumah yang melambangkan status sosial warga setempat. Bagi masyarakat Ngada umumnya babi merupakan salah satu bintang utama yang dikorbankan saat upaca adat dan acara-acara penting lainnya.

Tak sampai di situ, simbol kultural masih ditemukan di halaman rumah. Sebagaimana terdapat di perkampungan masyarakat Bajawa umumnya, kehadiran dua bangunan mungil tak bisa dilepaskan.

Dua bangunan mini itu yakni Ngadhu dan Bhaga. Ngadhu yang menyerupai payung merupakan simbol leluhur laki-laki. Sedangkan simbol nenek moyang wanita terwakili dalam miniatur rumah yang disebut Bhaga itu.

Dua bangunan mungil itu berdiri kokoh di halam kampung. Tak jauh dari situ terdapat undakan batu-batu pelat yang disebut batu nabe.Di bawah tumpukan batu itu terdapat makam para leluhur. Tempat tersebut biasa dijadikan sebagai lokasi musyawarah, tempat menaruh sesajen dan locusberkomunikasi dengan para leluhur.

Gunung Inerie tampak seperti piramida dengan puncak berbentuk kerucut/sumber gambar @AreaAmazing
Gunung Inerie tampak seperti piramida dengan puncak berbentuk kerucut/sumber gambar @AreaAmazing
Keindahan dan potensi alam dan budaya Flores belum usai. Sebelum menyentuh garis finish etepe keempat di Ruteng, ibu kota kabupaten Manggarai, para pebalap masih disuguhkan panorama alam Taman Wisata Alam Ruteng.

Taman wisata seluas 32.245,6 ha itu berjarak 35 km dari Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur atau 25 km dari Ruteng. Alam yang sejuk, walau bersuhu relatif dingin (sekitar 14 derajat celcius) amat disayangkan bila dilewatkan begitu saja. Ditambah lagi panorama Danau Ranamese seluas lima ha dengan kedalaman 43 meter kian menambah daya tarik taman wisata tersebut.

Tak puas dengan Danau Ranamese, bumi Congkasae-julukan Manggarai-masih memiliki Danau Sano Nggoang. Terletak di Desa Wae Sano, kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, danau terbesar di NTT itu menyajikan potensi ekowisata yang memikat.

Air berwarna hijau menggenangi arena seluas 513 ha. Danau tersebut merupakan danau vulkanik yang terletak persis di sebelah tenggara kawasan Hutan Mbeliling dan blok Hutan Sesok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun