Seperti aksi aktivis Greenpeace yang dihadang kelompok masyarakat di Probolinggo saat akan menggelar kampanye perubahan iklim dengan bersepeda ke Bali. Atau penangkapan 26 mahasiswa di wilayah NTB oleh pihak kepolisian saat akan menggelar aksi mengkritisi pertemuan G20.
Tentu pembatasan-pembatasan aksi secara represif seperti itu tidak mencerminkan arti demokrasi yang sebenarnya. Padahal, sejumlah aktivis yang mengkritik pertemuan G20 juga memiliki niat baik tanpa bermaksud mengacaukan atau menggagalkan acara tersebut.
Pelaksanaan KTT G20 di Bali telah berlangsung dengan lancar, meskipun sempat terjadi beberapa kontroversi. Pertemuan sejumlah pemimpin negara itu juga menghasilkan beberapa kesepakatan penting. Mulai dari pembahasan krisis ekonomi global hingga pelaksanaan hukum internasional.
Meskipun menuai banyak pujian, penyelenggaraan KTT G20 juga tidak terlepas dari berbagai kritikan, terutama dari aktivis lingkungan. Tentu suara-suara tersebut harus mendapat kesempatan untuk didengar, demi penyelenggaraan KTT yang lebih inklusif bagi masyarakat di seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H