Curah hujan semakin deras. Orang semakin banyak berteduh di sini. Tubuh mungilku terdorong hingga ke tepian halte. Tempias hujan membuat ku merapatkan jaket.
Tanpa kusadari, di samping ku sudah berdiri laki-laki sok tahu yang kutemui beberapa hari yang lalu dengan payung pelanginya (lagi). Di tangannya tergenggam sebuah payung pelangi.Â
Raut wajahnya ramah. Dia tersenyum! Aku dengan kaku berusaha membalas senyumnya.
"Aku bisa menghentikan hujan ini jika kau memintanya," bisiknya di sela-sa suara gemuruh air hujan. Mataku menatapnya tak percaya. Benarkah? Tanya ku dalam hati.Â
Dia mengangguk. Kalau begitu, hentikanlah. Kembali aku berkata dalam hati.
Dia melipat payung pelangi itu. Kemudian, ia memejamkan mata. Wajahnya tampak teduh.
Satu detik, dua detik, tetap tidak terjadi ap-apa. Hujan masih sama derasnya. Lima detik berlalu, hujan masih sempurna derasnya. Ayolah! Aku menaruh harapan padanya. BisikkuÂ
"Sebentar lagi hujannya reda, bersabarlah," ku dengar suaranya. Namun aneh, aku tak melihatnya membuka mulut.Â
Perlahan tapi pasti hujan mulai menyusut. Aku bersorak dalam hati. Akhirnya aku bisa pulang!
Dia membuka mata. Aku melambaikan tangan padanya dan segera berlari pulang.
"Terimakasih," kataku sambil berlari. Dia hanya tersenyum dan mengangguk.