Mohon tunggu...
cewekpoker
cewekpoker Mohon Tunggu... Ahli Gizi - cewekpoker Menerima Deposit pulsa | Deposit Gopay | Deposit OVO
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://cewekpoker-39.webself.net/ DAFTAR DAN DAPATKAN FREEBET

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Seorang Cewek Pulang Malam

17 November 2019   06:26 Diperbarui: 17 November 2019   06:31 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sopir itu mengarahkan tangannya ke belakang, mencoba menggapai lenganku. Aku menghindar, merapatkan seluruh anggota badanku hingga ke tempat yang paling sudut. Tapi ia terus berusaha meraih tanganku, memaksa. Wajahnya terlihat tegang dan ...

"Nggak mauuuuuuu ... Aku mau jalan! Aku mau jalan! Pokoknya aku mau jalaaaaaaaaannn ..."

"Iya iya iya iya."  

Teriakkanku membuatnya panik. Spontan ia tancap gas, mengantarku pulang.

"Ketakutan amat sih, kayak ngelihat setan aja."

Ia ngedumel, aku tak menjawab. Sibuk berdo'a, semoga tak berkelanjutan. Tapi aku masih mengantisipasi. Jika ia membelokkan ke jalan lain yang bukan tujuanku, aku akan melompat dari mobil, meski resikonya aku akan mati. Menjijikkan!

Pukul 02.00, aku baru tiba. Tangisku meraung bersama lolong anjing malam itu, hingga pagi, hingga aku lelah dan tertidur.

Sejak itu, setiap pulang aku selalu diantar sopir kantor sampai depan rumah, karena aku akan mogok kerja sore jika harus ikut mobil sewa lagi. Lalu, masihkah rok atau pakaian wanita yang disalahkan? Perlu kalian tahu, aku selalu mengenakan celana jeans plus T-shirt setiap bekerja. Masih lagi dirangkap dengan seragam kerja.

Jelas, otak lelaki saja yang kotor, sehingga timbul niat jahat saat melihat perempuan dalam keadaan sendiri. Dan niat jahat itu muncul, karena masih banyaknya lelaki yang menganggap bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah. Hingga tidak menutup kemungkinan jika perempuan itu mengenakan pakaian tertutup dari kepala hingga kaki, tak ubahnya pakaian yang digunakan perempuan-perempuan Arab yang hanya menyisakan matanya.

Kejadian itu tidak mudah dilupakan. Tiga hari berturut-turut setelahnya, aku masih terus saja teringat. Seperti berada kembali di suatu tempat di mana selalu ada tiga pemandangan yang tak pernah terpisah: Hutan, bedeng-bedeng, gelap. Dan ternyata, bahkan hingga kini pun, saat aku menuliskan kisah itu ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun