Aku memang tak sempat mencatat persisnya kejadian itu, bahkan tahunnya saja aku lupa. Kalau tidak salah, 2010. Seperti biasa, jika banyak order pakaian yang berkancing, aku selalu kebagian tugas memasang kancing. Karena mesin kancing jumlahnya sedikit, itu juga beberapa sudah tua tidak bisa bekerja cepat sehingga target per hari tak mencukupi.
Agar pekerjaan bisa selesai sesuai jadwal yang ditentukan, maka beberapa anak ditugaskan di shift 2 masuk jam 4 sore pulang jam 12 malam. Aku termasuk yang mendapatkan tugas itu dan bukan pertama kali. Dan perusahaan selalu bertanggung jawab mengantar kepulangan kami dengan menyewa beberapa mobil antar jemput karyawan KBN (Kawasan Berikat Nusantara). Mobil yang biasa mereka gunakan, Carry dan sejenisnya. Â Â
Waktu itu, aku sempat tidak kebagian mobil yang disewa khusus untuk mengantar karyawan yang tempat tinggalnya jauh plus sampai di depan rumah. Mobil ini satu-satunya. Yang lain hanya mengantar sampai gang saja, itu pun beda-beda jurusan. Tentu harganya juga berbeda.
"Bang, tolong dong masuk sedikit aja, sampai ngelewati lapangan itu." Pintaku pada si sopir.
"Emang kenapa?"
"Lapangan itu gelap. Sebelahnya masih semak-semak. Suka ada orang mabok lagi."
"Ya ... nggak bisa, neng. Sewanya kan cuma sampai depan gang doang."
"Ih abang, tinggal aku ini, terakhir. Ntar kalau udah lewat lapangan, udah, aku turun. Biasanya mobil yang lain juga mau. Biar nggak nyampe depan rumah juga, nggak pa pa."
Dari jalan raya menuju kontrakanku memang lumayan jauh, sekitar 200 meter. Tapi jalannya lebar, sehingga mobil putar arah pun tidak masalah. Jalan itu biasa dilewati bus PPD (Pengangkutan Penumpang Djakarta) dan memang milik Perum PPD. Pool-nya, di depan kontrakanku. Aku biasa numpang kalau kebetulan mobil itu lewat.
"Nggak bisa. Yang lain juga di depan gang, ya di depan gang. Udah, ntar dilihatin dah dari sini."
Braaaaakkk! pintu aku banting, kesal sambil nyebrang. Beberapa saat aku menoleh, mobil itu masih ada. Â