SUGBK bisa diakses dari Jalan Gatot Subroto arah Slipi atau Jalan Jenderal Sudirman arah Bundaran Hotel Indonesia, di mana keduanya merupakan pusat perkantoran yang sibuk di Jakarta dan macet sudah menjadi pemandangan sehari-hari sekalipun tanpa adanya event.
Transportasi publik tersedia dan bahkan ada tiga, yaitu KRL, bus TransJakarta, dan MRT, tetapi semuanya sudah penuh dengan kebutuhan para pekerja di kawasan ini. Bahkan, Pemerintah Daerah DKI Jakarta saja mewacanakan pemberlakuan bekerja dari rumah atau WFH untuk menangani permasalahan lalu lintas selama KTT ASEAN di bulan September nanti. Ya, kasihan yang pekerjaannya harus ke kantor dong karena merekalah yang terkena kemacetan itu?
JIS memiliki nasib yang tidak kalah menyedihkan. Akses utamanya berasal dari Jalan RE Martadinata yang mengarah ke Pelabuhan Tanjung Priok sehingga kemacetan menjadi makanan sehari-hari. Transportasi publik penunjang juga terbatas ditambah dengan kapasitas parkir yang minim sehingga warga di perumahan sekitar terganggu ketika kendaraan diparkirkan di jalan raya arah ke Sunter. Kualitasnya? Tidak usah dibicarakan lagi, memang perlu banyak perbaikan agar kekecewaan saat konser Dewa 19 tidak terulang lagi.
Venue indoor lain yang tersedia di Indonesia sebagian besar berada di Jakarta dan sekitarnya dengan kapasitas yang jauh lebih kecil. Hal ini membuat ketersediaan tiket lebih terbatas dan berpotensi membuatnya lebih mahal, mengingat honorarium artis dibagi ke jumlah penonton yang lebih sedikit.Â
Harapan terbesar berikutnya adalah menunggu realisasi pembangunan Mata Elang International Stadium di kawasan Pantai Indah Kapuk 2 dengan kapasitas 40.000 orang dan itu tetap saja di bawah Singapore National Stadium.Â
Pengembang memang hendak menjadikan kawasan tersebut untuk kepentingan residensial, komersil, hiburan, dan wisata sekaligus sehingga memang tepat sasaran.
Venue outdoor pun tidak maksimal dan jauh
Melirik event tahunan Coachella, mereka sanggup menampung hingga 125.000 penonton dengan konsep multistage. Di setiap panggung, artis berbeda disuguhkan dengan jadwal disusun sedemikian rupa untuk mendatangkan banyak artis dalam satu akhir pekan. Meskipun hampir semua penonton berdiri, keadaan tetap berlangsung cukup kondusif.Â
Coachella juga menyediakan lahan untuk berkemah atau tidur di dalam mobil sehingga penonton tidak perlu memikirkan akomodasi untuk menonton konser selama dua hari.
DWP X pernah mengusung konsep outdoor multistage juga di GWK Bali. Kapasitasnya pun cukup besar dengan mencapai 75.000 orang, tetapi tidak menghadirkan pengalaman berkemah seperti Coachella.Â
Penonton di Jakarta dan sekitarnya juga harus menyeberangi lautan dengan kapal atau pesawat untuk bisa menonton idola mereka.Â
Buperta Cibubur memang tempat perkemahan, tetapi bagaimana memaksimalkan kapasitasnya tentu penting mengingat informasi yang kita ketahui saat ini adalah kemampuannya hanya terbatas hingga 20.000 orang. Meskipun berada sedikit di pinggiran Jakarta, kita sudah perlu menumpangi tol Jagorawi untuk bisa menuju ke sana dengan lalu lintas yang cenderung macet.