Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Sebuah Perspektif: Rakyat Indonesia Suka Konser, Kita Bangun Industri Konser

17 Juli 2023   19:56 Diperbarui: 19 Juli 2023   10:01 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi konser musik.(bedneyimages/ Freepik) 

Singapura bukanlah negara yang besar. Akan tetapi, dengan potensi pariwisata yang bisa menjangkau berbagai karakter dan semuanya berjarak tidak jauh, Singapura berhasil memaksimalkan sumber pendapatannya sehingga konser di sana tidak sekadar pertunjukan musik. 

Lain halnya jika konser diadakan di Jakarta, tidak banyak tempat wisata menarik nan unik yang bisa ditemukan dan lokasinya pun cukup terpencar. Belum lagi, perjalanan menuju ke sana mungkin memperlihatkan sisi gelap ibu kota sehingga mencoreng pengalaman dan penilaian wisatawan itu sendiri.

Jika ingin serius menggarap potensi bisnis konser musik, hal pertama yang harus diperhatikan adalah kemudahan mendapatkan izin acara dengan biaya yang relatif terjangkau dan terjaminnya keamanan artis serta penonton (baca: bukannya malah didemo selama artis tidak membawa pengaruh buruk atau membuat kekacauan). 

Aparat keamanan siap menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan dengan sikap solutif dan kepala dingin sehingga tidak memicu keributan. Fasilitas penunjangnya tentu perlu disediakan dengan baik, termasuk fasilitas kesehatan, akomodasi, dan transportasi berkapasitas cukup, berbiaya cukup terjangkau, dan berkualitas.

Hal kedua yang penting untuk dijaga adalah keadilan calon penonton dalam memperebutkan tiket konser. Keberadaan calo untuk menguasai tiket dan menjual kembali dengan harga tinggi tidak hanya membuat sebal penggemar artis, tetapi juga artis itu sendiri yang memedulikan pengalaman penonton dan mereka pun tidak mendapatkan keuntungan dari perilaku para calo. 

Terlebih lagi ketika kita mengharapkan adanya penonton dari luar negeri, mereka akan kesulitan dan memang tidak tertarik untuk mendapatkan tiket dari para calo. 

Kemampuan promotor untuk mencegah terjadinya hal ini lebih penting dibandingkan terhadap membuat ketentuan hukum baru untuk menghukum para calo.

Hal ketiga adalah memilih lokasi yang tepat jika hendak membangun venue baru. Agar dapat memaksimalkan potensi pendapatan dan tidak mengganggu aktivitas perekonomian, akan lebih baik jika konser difokuskan berada di kawasan ekonomi khusus bertujuan pariwisata. 

Misalnya Bali, memang memiliki pesona yang menarik baik dari sisi alam maupun budaya serta bukan merupakan pusat bisnis dan industri nasional. Bisnis ini lebih menitikberatkan investasi swasta dan kolaborasi dengan pengusaha lokal.

Termasuk UMKM di antaranya, agar tidak memberatkan keuangan Pemerintah seperti kasus utang di Mandalika dan tanpa membuat uang lari ke luar negeri. Industri terkait di sini tidak hanya terkait akomodasi, transportasi, dan pariwisata, tetapi sampai ke pendukung lainnya seperti merchandise dan perlindungan asuransi atas risiko terkait. 

Sayang jika rakyat kita tidak menghamburkan uangnya di luar negeri tetapi pemilik dan tenaga kerja di venue dan bisnis terkait tetap pihak asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun