Dengan status yang jelas dan job desc yang biasanya lebih manusiawi, orang terdidik bekerja sebagai orang-orang terhormat yang nasibnya tentu lebih terjamin, lembaga keuangan pun mau mengucurkan kredit kepada mereka. Jika mau hidup yang benar-benar sempurna, belajarlah berwirausaha.
Bandingkan dengan tukang parkir, dalam hal ini dibatasi kepada mereka yang tidak resmi dan berseliweran begitu saja di jalan. Status dan legalitas pekerjaannya tidak jelas, setiap hari terpapar panas matahari dan hujan secara langsung, pendapatannya tidak jelas, dan seringkali memicu kekesalan baik untuk mereka yang memarkirkan kendaraan maupun pelaku usaha di sekitarnya.
Lahan parkir tersebut adalah jalan umum atau milik pelaku usaha yang tidak memungut uang, tetapi justru tukang parkir menerima uang dengan enaknya tanpa pernah berbagi jatah untuk pemeliharaan jalan atau membantu pemenuhan pajak bumi dan bangunan (PBB) properti di sekitarnya.
Seringkali mereka tidak membantu pengemudi ketika memarkirkan dan mengeluarkan kendaraan, hanya sibuk meminta uang. Sudah ilegal, menolak pula sambil memaki pengemudi ketika diberikan uang kecil karena hanya parkir dalam hitungan menit. Benar-benar tak tahu diri.
Semoga setelah ini tidak ada lagi yang ribut-ribut soal esensi pendidikan, memberikan usaha terbaik untuk mencapai pendidikan tinggi, dan bersatu padu mencari solusi terkait perbaikan kualitas pendidikan nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H