Sepanjang hari Tjipta dan Lina tidak makan sama sekali. Tjipta hanya sempat membawa pisau dapur dan sebotol air minum. Keduanya tidak bisa tidur pada malam hari karena seluruh tubuh jadi sasaran nyamuk.Â
Malam hari turun pula gerimis, sehingga Tjipta dan Lina menggigil kedinginan di semak-semak.
Pada pagi harinya Tjiptadinata mencoba mencari sesuatu yang dapat dimakan. Keluar dari semak-semak sembari menutupi kepala dengan kaos dan berjalan bersama rombongan sapi.
Lina menunggu dengan was-was sambil berdoa. Tak lama kemudian Tjipta datang kembali dengan membawa bungkusan. Ternyata ketemu sesama orang Padang, dan dibekali nasi goreng.
Karena situasi keamanan tidak menentu di Patumbak, Roselina dan Tjiptadinata memutuskan berhenti dari pabrik.
Keduanya lalu  balik menumpang ke rumah tante di Medan, hingga akhirnya memutuskan untuk pulang kampung ke Padang pada tahun 1966 karena tidak ingin membebani tante.Â
Masa-Masa Berat di Padang
Setelah kembali ke Padang, Tjiptadinata dan istrinya untuk sementara tinggal serumah dengan orang tuanya di Pulau Karam.Â
Tjiptadinata kemudian bekerja sebagai pengajar di SD RK II. Roselina memberikan private  less cara berhitung kepada anak-anak SD, mengajari ilmu ukur dan aljabar kepada anak-anak SMP, serta mengajarkan geometri kepada anak-anak SMA.
Beberapa bulan kemudian Roselina hamil, ketika akan melahirkan pindah ke rumah orang tua Lina.Â
Lalu Roselina melahirkan di klinik bersalin Santa Elisabeth. Anak pertamanya diberikan nama Irmansyah.