Ibunda yang melahirkan Tjiptadinata seorang penyayang. Ibunya selalu makan kerak nasi di pagi hari, karena mendahulukan kepentingan asupan anak anaknya.
Singkat cerita, kedua orang tua Tjiptadinata dalam keterbatasan ekonomi masih mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga SMA. Tjiptadinata Effendi tumbuh besar menjadi remaja yang cerdas dan gagah.Â
Tjiptadinata muda yang senang bersosialisasi dengan banyak orang, menjadi ketua kelas, pemred Gema Don Bosco, wakil ketua ISDB, ketua koperasi SMA Don Bosco, juga menjadi ketua Curia Legio Maria provinsi Sumatra Barat.
Cinta Tjiptadinata dan Roselina Bersemi di SMA
Pertemuan pertama Tjiptadinata muda dengan seorang gadis bernama Roselina sewaktu mereka sekolah SMA Don Bosco, Padang.Â
Tjiptadinata sudah kelas 2 SMA ketika jumpa pertama dengan Lina yang masih siswi baru. Helena Roselina gadis cantik kelahiran Solok, 18 Juli 1943.
Di sekolah itu setiap tahun ajaran baru ada semacam perploncoan kepada siswa-siswi baru.
Murid yang baru masuk SMA Don Bosco diberikan tugas mengumpulkan sebanyak mungkin tanda tangan dari para seniornya. Maksudnya supaya saling kenal.Â
Murid baru yang diplonco minta tanda tangan kepada kakak senior, kerap disuruh nyanyi atau membacakan puisi.
Tjiptadinata salah satu kakak kelas yang paling sering dimintai tanda tangan oleh siswa-siswi baru, sampai pada antri.Â
Maklum, Tjiptadinata ketika itu cukup populer di Don Bosco karena statusnya  sebagai wakil Ketua OSIS, serta pemred majalah sekolah bernama Gema.