Tjiptadinata lalu mulai mencoba berdagang antar kota  Medan - Padang. Tapi terus-menerus merugi karena belum pengalaman. Seluruh modal, plus uang pinjaman dari tantenya Lina, ludes habis semuanya.
Kesehatan Tjiptadinata pun menurun drastis karena terlalu capek bolak-balik Medan-Padang naik bus.
Lalu ada teman yang membantu Tjiptadinata dan Roselina mendapatkan pekerjaan di Patumbak, Tanjung Morawa, Deli Serdang. Sekitar 35 km di luar kota Medan.
Pasutri muda Tjiptadinata dan Roselina kemudian menghuni bangsal perumahan pabrik PT Pikani di Patumbak. Hanya ada dua kamar mandi dan WC umum di tempat itu.Â
Tjiptadinata dan Roselina harus bangun jam 4 pagi untuk antri menggunakan fasilitas kamar mandi dan WC umum.Â
Tjiptadinata menderita demam malaria setelah seminggu bekerja di Patumbak.
Tantenya Lina yang mendengar kabar Tjipta terkena malaria, lalu mendatangi pimpinan pabrik, meminta keponakannya dipindahkan ke rumah kerani (karyawan kantoran). Â
Kebetulan ada satu rumah kerani yang kosong. Tjiptadinata dan Roselina lalu pindah ke perumahan kerani sehingga tidak perlu antri lagi ke kamar mandi  dan WC umum.
Kehidupan ekonomi dan Tjipta tidak membaik setelah bekerja di pabrik Patumbak, malah semakin memburuk.
Beberapa waktu kemudian terjadi kerusuhan di Medan dan sekitarnya pasca terjadinya G30S-PKI di Jakarta. Banyak korban terbunuh jadi sasaran massa karena dituding sebagai pendukung komunis.Â
Pabrik karet di Patumbak tempat Roselina dan Tjiptadinata bekerja mau dibakar massa. Keduanya lari ke hutan di belakang pabrik, bersembunyi di semak-semak.