Tangannya gemetar saat ia kembali ke menu utama. Jarinya mengetuk aplikasi telepon, lalu dengan ragu mengetik nomor ponselnya sendiri—nomor yang tidak lagi aktif sejak ia berada di tubuh Kinan. Sebuah nama muncul di layar: Kirana.
Ponsel itu terjatuh dari tangannya ke atas kasur. Tubuhnya gemetar, pikirannya kacau. Siapa sebenarnya Dirga? Bagaimana ia bisa tahu tentang Anna, dan mengapa nomor Anna tersimpan di ponselnya dengan nama "Kirana"?
Langkah kaki terdengar dari kamar mandi. Dirga keluar dengan handuk tergantung di lehernya. Matanya langsung tertuju pada ponsel yang tergeletak di atas kasur, bukan di tempat seharusnya di meja nakas. Ia melangkah cepat, mengangkat ponselnya, dan melihat layar masih menyala. Menu terakhir yang terbuka membuat wajahnya berubah kaku. Nomor telepon bertulisan "Kirana". Dirga mengangkat pandangannya, langsung bertemu dengan mata Anna yang penuh tanya dan bingung. Keheningan yang berat menggantung di antara mereka.
"Kenapa kamu buka ponselku?" tanya Dirga, suaranya rendah, hampir berbisik, tapi ada ketegangan yang sulit disembunyikan.
Anna tidak menjawab. Ia hanya menatap Dirga dengan mata yang mulai memerah, mencoba mencari jawaban di balik wajah tenangnya. "Siapa Kirana?" tanyanya akhirnya, suaranya hampir tak terdengar.
Dirga menarik napas dalam, menggenggam ponselnya erat. Rahangnya mengeras, dan sorot matanya gelap. Namun sejuruh kemudian sorot matanya melemah, mengecup bibirnya kemudian berbisik, "Kamu tidak perlu tahu," jawabnya dingin. Ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuat Anna yakin Dirga menyembunyikan lebih dari sekadar nama itu.
Kepalanya terasa pusing, penuh dengan berbagai pertanyaan. Kenapa tidak ada Kinan di hapemu? Kenapa malah fotoku yang muncul? Kenapa tanggal lahirku jadi kode kunci? Kenapa ada nomor hapeku bernama “Kirana” di sana? Apakah kamu kenal aku? Kenapa...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H