Tunggu! Dudi pernah bertemu Kinan tapi belum tidak kenal Anna? Koq bisa?
Belum selesai, Anna meminta sopir taksi membawanya ke kosan tempat ia pernah tinggal selama kuliah. Ia yakin ibu kos pasti mengenalnya.
Di depan pintu kos, Anna mengetuk dengan penuh harapan. Seorang ibu paruh baya membukakan pintu, tersenyum ramah. "Permisi, Bu. Saya Kinan. Saya sedang mencari teman saya, Anna. Dia bilang dia tinggal di sini."
Ibu kos mengerutkan dahi, mencoba mengingat. "Anna? Nama itu kok nggak familiar ya, Nak. Saya nggak pernah punya anak kos dengan nama itu."
Anna merasa seperti ditampar. "Tapi katanya dia tinggal di kamar lantai dua, dekat balkon. Itu kamar dia!" Anna menunjuk ke arah kamar yang ia ingat betul.
Ibu kos menggeleng. "Kamar itu sudah lama kosong. Tidak ada yang menempati."
Anna memandang ibu kos dengan mata penuh kebingungan. "Tidak mungkin... Dia bilang dia tinggal di sini setiap hari."
Namun ibu kos tetap terlihat bingung dan berkata dengan nada pelan, "Mungkin Anak salah tempat?"
Mbok Yem, yang ikut mendengar percakapan itu, memegang tangan Anna lembut, "Non, kita pulang saja dulu ya. Mungkin ini hanya salah paham."
Anna tidak menjawab. Ia merasa tubuhnya lemas. Ada apa ini? Mengapa dia tidak ingat nama lengkapnya sendiri? Mengapa jejak hidup Anna seolah tidak pernah ada?
Dalam perjalanan pulang, Anna duduk diam di samping Mbok Yem. Pikirannya kacau. Jika Anna tidak pernah ada, lalu siapa aku sebenarnya?