Bersama Mbok Yem, Anna mulai membereskan barang-barang. Namun, ada satu hal yang membuatnya kikuk: pakaian Kinan. Semua bajunya sangat feminin, dengan sentuhan renda, warna pastel, dan potongan yang anggun. Sangat berbeda dengan gaya Anna yang lebih kasual dan sporty.
Saat sedang berganti pakaian di balik tirai, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Dirga masuk tanpa mengetuk, wajahnya serius seperti biasa.
Anna terkejut. Refleks, ia mengambil sebuah botol skincare yang ada di dekatnya dan melemparkannya ke arah kepala Dirga. "Pergi keluar!" teriaknya tajam.
Botol itu melayang dan hampir mengenai Dirga, tapi ia berhasil menghindar. Wajahnya berubah kaget, tidak menyangka Kinan akan bereaksi seperti itu. Ia segera berbalik dan melangkah keluar tanpa sepatah kata.
Para perawat di luar kamar terkejut melihat wajah Dirga yang kusut. Salah satu dari mereka menahan tawa, tapi langsung terdiam saat Dirga melirik tajam.
Beberapa saat kemudian, Mbok Yem membuka pintu dan mempersilakan Dirga masuk kembali.
Dirga masuk dengan langkah berat. Ia berhenti di depan Anna, yang kini sudah berpakaian rapi dengan bantuan Mbok Yem. "Kinan, kamu tidak perlu buru-buru pulang. Kondisimu masih belum sepenuhnya stabil," katanya dengan nada datar, seperti biasa.
Anna menatapnya dingin, tanpa membalas sepatah kata pun. Sorot matanya berbicara lebih banyak daripada mulutnya.
Dirga menghela napas. "Baiklah, kalau memang mau pulang, tunggu sampai jam kerjaku selesai. Aku akan mengantarmu sendiri."
Anna mendekatinya, lalu berbisik dengan nada tajam yang nyaris menyindir. "Tidak perlu terganggu. Aku bisa urus semuanya sendiri, termasuk administrasi rumah sakit. Aku juga bisa pulang pakai taksi."
Dirga mengernyit, terkejut mendengar nada bicara Kinan yang berbeda dari biasanya.