"Ya, nggak sih. Aku juga gitu Yuk. Jadi air itu memang enak, menghanyutkan. Tapi jangan terlalu terbawa arus. Terkadang air juga harus bisa tenang saat dia mampu menempatkan dalam wadah yang tenang pula. Itulah yang membedakan air di sungai dan air di wadah."
Tergambar ketika memandang gerbang nan menjulang tinggi dengan kegagahan namanya, sekejap hanya bisa diam. Pandanganku vertikal menuju taman beserta kerapiannya tepat pada tempat aku berdiri.
Begitu megahnya gedung-gedung pencetak sosok-sosok berstatus sarjana. Belum lagi terbayang fasilitas lain yang bakal menunjang aku selama kuliah di sini. Akses wifi yang bisa aku andalkan, tidak seperti di rumah hampir semua sinyal beku karena kabut.
Diantara gedung-gedung megah itu mungkin aku juga akan menemukan gedung perpustakaan yang komplit, jadi aku tidak perlu membeli banyak buku untuk aku baca. Meskipun nantinya harus menjadi sarja photocoy-an karena banyak buku perpus yang bisa di copy atau sarjana gratisan baca buku.
Dalam benak diri yang semakin membuat bangga adalah ketika memasuki wilayah kampus, setiap hari akan terpampang denah tempat beberapa fakultas. Ketika itu pula dengan bangganya aku melangkahkan kaki menapaki jejak masa depan menuju fakultas Psikolog. Apalagi aku bermimpi ingin jadi aktifis kampus.
Sejenak setelah kawanku menepuk pundakku, aku semakin mendiam. Melototkan mata dengan bibir bertanya-tanya.
"Eloh, kok jadi kaya gini. Mana gedung tingkatnya?" Kataku bermuka beloon.
"Aduh eneng..... gedung yang mana? Ini kita sudah sampai di gedung Auditorium kampus baru kita. Kamu melamun ya?" Kata Via kawan baruku.
"Dari masuk gerbang tadi aku bayangin kalau kampus ini ya bakal gitu," merendahkan suara.
"Gitu gimana?"
"Yang gede gitu Vi. Cuma korban SNMPTN ternyata aku, jadi ngelantur bayanginya ketinggian. Eh ini ternyata Cuma kaya gini hehehe".