Sekitar tahun 1989 hingga 1998, kala long staying guest dari Eropa, Amerika, Australia memenuhi hotel-hotel di Jakarta, Bandung, Surabaya, Balikpapan, Menado, Medan, posisi chef jadi rebutan.
Pada masa itu, chef disebut the back bone of hotel karena aktivitas food & beverage bertumpu padanya. Jabatan yang diperhitungkan.
Selagi IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) di Bandung aktif, para konsultan, teknisi, engineer dari manca negara berdatangan. Chef didapuk menyajikan produk makanan berkualitas dan variatif.
Santapan mesti cocok di lidah para ekspatriat. Karena itu hotel-hotel menghadirkan chef impor.
"Chef, Mr. Pledger just arrived yesterday," ujar Mr. Rio mengenalkan Chef Jod.
"Welcome to Jakarta, Mr. Pledger," balas Chef.
Jika Mr. Pledger bosan, ia dapat meminta langsung menu rumahan ala chef. Maklumlah ia akan tinggal lama di hotel.
Tentu saja, Chef Jod paham banget jenis santapan rumahan.
Pengalaman bertahun-tahun bekerja di Hotel Glory Amerika, tidak asing lagi dengan racikan menunya. Apalagi menu home made jarang ditampilkan di buku menu.
Semasa itu, jabatan chef tidak sepopuler sekarang.