“Eu… Begini Pak… Eu…sebenarnya tadi itu... Eu…” jawab Desi dengan gugup.
“Ayo Desi jawab saja! Jangan takut! Katakan sejujurnya!” bujuk Pak Iwan.
Di wajah Desi terpancar perasaan bersalah. Sesekali dia menghela napas panjang dalam-dalam. Dia berusaha menguatkan diri untuk mengatakan sebuah kejujuran.
“Iya Pak, sebenarnya apa yang dikatakan Kabayan itu benar. Tadi sebenarnya kita tidak membayar untuk barang-barang yang kita ambil di Kantin Kejujuran.” jawab Desi penuh penyesalan.
“Benar begitu, Ujang, Asep?” tanya Pak Iwan menegaskan.
“Iya benar, Pak” jawab Ujang dan Asep sambil menunduk penuh rasa malu dan penyesalan.
“Oo, kalau begitu sekarang sudah jelas permasalahannya. Ujang, Asep, Desi, kalian harus berjanji untuk tidak mengulanginya lagi ya! Berkata dan berbuat jujurlah pada diri kalian sendiri dan orang lain. Karena kejujuran adalah kunci dari kepercayaan dan kesuksesan” nasihat Pak Iwan dengan bijak.
“Baik Pak, kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi” jawab Ujang, Asep, dan Desi.
“Sekarang, ayo kalian saling minta maaf!” ajak Pak Iwan.
“Maafin ya Kabayan.” pinta Ujang, Asep, dan Desi sambil menyalami Kabayan.
“Maafin juga saya ya teman-teman.” Pinta Kabayan dengan kerendahan hati.