“Sudah-sudah, sekarang semuanya ikut Bapak ke ruang kantor!” pinta Pak Iwan.
Kemudian mereka pun berjalan menuju ruang kantor. Sambil berjalan, Ujang, Asep dan Desi saling berbisik. Entah apa lagi yang mereka sedang rencanakan.
Tak lama kemudian mereka tiba di ruang kantor. Lalu mereka duduk di kursi yang mengelilingi meja Pak Iwan.
“Kabayan, apa benar yang mereka katakan tadi?” tanya Pak Iwan.
“Tidak Pak. Tidak benar sama sekali.” jawab Kabayan.
“Waktu saya tadi ke Kantin Kejujuran, saya memergoki Ujang, Asep dan Desi sedang mengambil beberapa barang tanpa menyimpan uang di kotak itu, Pak.” lanjut Kabayan.
“Ujang, Asep, Desi, apa benar yang Kabayan ucapkan itu?” tanya Pak Iwan.
“Tidak, Pak. Tidak benar.” jawab Ujang.
“Iya Pak, kita membayar kok” timpal Asep.
“Astagfirullah, tadi itu jelas-jelas mereka mengambil barang-barang itu tanpa membayar, Pak. Malahan mereka menawari saya pensil. Mereka bilang tidak usah bayar. Kalau menolak, mereka mengancam tidak akan menjadi teman saya lagi.” jelas Kabayan.
“Desi, coba kamu berkata jujur. Apa yang tadi sebenarnya terjadi” telusur Pak Iwan.